SELAMAT DATANG

Rabu, 06 Juni 2012

kebudayaan sulawesi tenggara

1. Identifikasi Suku-Suku Bangsa Yang Ada Di Sulawesi Tenggara Kekayaan suku dan budaya di Propinsi Sulawesi Tenggara (SULTRA) tampaknya akan segera mendapat pengakuan dari pemerintah pusat.Lima suku di Sulawesi tenggara yakni Buton, Muna, Tolaki, Mekongga dan Moronene akan dimasukkan dalam permendagri sebagai salah satu suku yang mendiami Indonesia. Kepala badan pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Sultra, Askabul Kijo mengatakan bahwa hasil rapat bersama antara Dirjen PMD Pusat disepakati bahwa Permendagri Nomor 52 Tahun 2007 tentang suku dan adat di Indonesia akan direvisi. Dalam Permendagri sebelumnya suku Sulawesi Tenggara tidak dimasukkan. Tapi dalam waktu dekat akan direvisi dan tahun ini diupayakan selesai.Tidak dimasukkannya suku-suku yang ada di SUlawesi Tenggara kedalam permendagri Nomor 52 tahun 2007 kata askabul karena tidak adanya data nama dan jumlah suku yang ada di Sulawesi tenggara. Tapi dengan adanya revisi permendagri itu, lima suku di Sulawesi Tenggara sudah akan diakomodir. 2. Cirri-ciri fisik  Suku muna Orang Muna adalah masyarakat Suku Bangsa Muna, yang mendiami Pulau Muna dan pulau-pulau kecil disekitarnya, sebagian besar Pulau Buton khususnya bagian Utara, Utara Timur Laut dan Barat Daya Pulau Buton, Pulau Siompu, Pulau Kadatua dan Kepulauan Talaga ( wilayah Kabupaten Buton) . Orang Muna menggunakan Bahasa Daerah Muna sebagai bahasa tutur diantara mereka. Orang Muna asli memiliki kemiripan dengan suku-suku Polynesia dan Melanesia di Pasifik dan Australia. Orang Muna berbeda dengan suku-suku lain yang ada di Sulawesi Tenggara seperti suku Tolaki/Mekongga dan Moronene yang memiliki kemiripan dengan Melayu dan Mongoloid. Dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut (keriting/ikal) terlihat bahwa orang Muna asli lebih dekat dengan suku-suku yang ada di Pulau Flores dan Kepulauan Maluku. Hal ini semakin diperkuat dengan kemiripan tipikal manusianya dan kebudayaan suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor dan Flores umumnya dan Kepulauan Maluku dengan Kebudayaan dan tipikal Orang Muna.. Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia. Sejak dahulu hingga sekarang nelayan-nelayan Muna khususnya di Pulau Siompu, Kadatua dan Kepulauan Talaga sering mencari ikan atau teripang dan lola hingga ke perairan Darwin.  Suku tolaki Berbagai bentuk dan warna serta letak pemakaian pakaian, perhiasan serta kelengkapan itu mempunyai makna simbolik menurut pandangan masyarakat suku Tolaki. Dari bentuk dan jenis pakaian dapat memberikan pertanda terhadap ciri dan identitas suku bangsa. Pakaian adat suku Tolaki agak lebih condong menyerupai bentuk-bentuk pakaian orang Melayu. Hanya nampak kesederhanaannya, terutama pemakaian sarung berlapis-lapis pada kaum wanita tidak terdapat pada mereka. Menilik warna pakaian dizaman lampau, ternyata bahwa pakaian berwarna putih adalah untuk orang kebanyakan.  Suku buton Secara etimologi kata betena I tombula berasal dari bahasa Wolio[9] yang berarti yang lahir dari bambu. Dengan demikian, cerita rakyat Betena Tombula merupakan tradisi lisan masyarakat Buton tentang asal-usul Ratu Wakaaka yang mengisahkan tentang kesadaran dan emosi mengenai dirinya dan jejak kebudayaan masyarakat Tionghoa. Oleh karena itu, penelusuran jejak Tionghoa dalam tradisi lisan Betena Tombola merupakan upaya untuk memahami kesadaran dan emosi masyarakat Buton tentang masa lalu, serta bagaimana mereka memahami diri dan sejarah dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat lain di dunia termasuk dengan masyarakat Tionghoa Di samping Betena Tombula, jejak kesadaran dan emosi masyarakat Buton mengenai Tionghoa itu dapat ditelusuri lebih jauh pada beberapa simbol yang ada dalam kehidupan orang Buton. Benda-benda artefak tersebut dapat berupa simbol Tionghoa seperti naga, keramik, dan beberapa cerita rakyat lainnya yang memuat memori orang Buton tentang Tionghoa. Hal ini sama dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara yang memiliki ingatan kolektif yang tersimpan di dalam hikayat tentang negerinya, misalnya dapat dilihat dalam buku Sejarah Melayu yang dihimpun oleh W.G. Shellabear (1979).  Suku moronene Selama delapan tahun, Bombana menjadi daerah otonom, kata Ansar, telah banyak motif yang digunakan oleh aparatur Pemerintah Kabupaten Bombana, tetapi hal itu tidak mencirikan corak khas moronene sebagai pribumi dan etnis mayoritas di daerah ini. Banyak lambang dan motif tersendiri yang digunakan pada busana aparat pemerintahan di daerah ini, tetapi itu adalah tiruan dari daerah dan etnis lain bukan motif moronene katanya seperti diberitakan Antara. Akibat dari penggunaan motif tiruan dari etnis dan daerah lain tersebut, corak khas daerah terkesan “tenggelam” dan dilupakan sehingga kelak generasi selanjutnya tidak mengenal lagi budaya sendiri. Sementara itu, Sekretaris Pelaksana Seminar Motif Moronene, Anton Ferdinan mengatakan, corak dan motif moronene memiliki nilai dan fungsi tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. “Nilai dan fungsi itu dapat dimaknai berdasarkan jenis corak dan motif yang digunakan,” katanya tanpa menyebut berapa jumlah motif dan corak budaya etnis moronene.  Suku mekongga Orang Mekongga secara definitif mendiami wilayah kabupaten Kolaka (Kolaka dan Kolaka Utara) serta beberapa wilayah yang masuk kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Secara antropologis (cieee tawwaaaa) perawakan orang Mekongga bisa deskripsikan sebagai : Kulit kuning langsat atau putih langsat, rambut lurus atau berombak, mata agak sipit, postur atau tinggi badan sedang (+- 160 - 170 cm). Ciri-ciri fisik tersebut susah juga dibedakan jika bertemu dengan salah satu suku asli lainnya seperti Moronene (Mornene atau Marunene) dan suku yang mendiami pulau-pulau sekitar Konawe dan Kendari. Tapi amat sangat bisa dibedakan dengan suku Muna dan Buton dari segi tampilan fisik. TUGAS : ANTROPOLOGI FISIK NAMA : WD.SITTI NURHAYATI SATMBUK : C1C1 10100 JURUSAN : ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

2 komentar: