SELAMAT DATANG

Rabu, 30 Mei 2012

Wacana 2

a.    Pronomina, contoh wacanaya
Ani, Berta dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah pak Dadi. Mereka sedang asyik berbincang-bincang. Sebenarnya mereka sedang menanti saya dan gando. Untuk belajar bersama-sama. Saya tiba dan menyapa mereka. Dengan ucapan selamat sore. Gando belum juga tiba. Mungkin dia terlambat datang karena mobilnya mogok. Sebentar kemudian dia pun tiba. “Maaf saya terlambat, tadi kendaraan padat benar di jalan. Mungkin kalian sudah jengkel menanti saya! “Ani menjawab dengan tersenyum:”Tidak apa-apa, kami memaafkan kamu, Gando: Teman-teman mari kita mulai membicarakan dan mengerjakan pekerjaan rumah kita: pelajaran Bahasa Indonesia. “kami asyik berdiskusi, dan semua tugas dapat kami selesaikan dengan baik.
(1)    Ani, Berta dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah pak Dadi.
(2)    Mereka sedang asyik berbincang-bincang. Sebenarnya mereka sedang menanti saya dan gando.
(3)    Untuk belajar bersama-sama. Saya tiba dan menyapa mereka.
(4)    Dengan ucapan selamat sore. Gando belum juga tiba. Mungkin dia terlambat datang karena mobilnya mogok.
(5)    Sebentar kemudian dia pun tiba. “Maaf saya terlambat, tadi kendaraan padat benar di jalan. Mungkin kalian sudah jengkel menanti saya!
(6)    “Ani menjawab dengan tersenyum:”Tidak apa-apa, kami memaafkan kamu, Gando: Teman-teman mari kita mulai membicarakan dan mengerjakan pekerjaan rumah kita: pelajaran Bahasa Indonesia.
(7)    “kami asyik berdiskusi, dan semua tugas dapat kami selesaikan dengan baik.

b.    Subtitusi, contoh wacananya
Saya dan paman masuk kewarung kopi. Paman memesan kopi susu. Saya juga mau satu. Keinginan kami rupanya sama. Paman bercita-cita untuk menyekolahkan anak-anaknya keperguruan tinggi agar mereka menjadi sarjana yang berguna bagi keluarga dan masyarakat serta memperoleh penghasilan yang cukup. Oleh karena itu, paman bekerja membanting tulang mencari uang buat biaya anak-anaknya itu. Saya rasa cita-cita yang demikian merupakan cita-cita semua orang tua. Orang tua di kampung kami melakukan hal yang sama demi masa depan anak-anak mereka.
(1)    Saya dan paman masuk kewarung kopi.
(2)    Paman memesan kopi susu. Saya juga mau satu. Keinginan kami rupanya sama.
(3)    Paman bercita-cita untuk menyekolahkan anak-anaknya keperguruan tinggi agar mereka menjadi sarjana yang berguna bagi keluarga dan masyarakat serta memperoleh penghasilan yang cukup.
(4)    Oleh karena itu, paman bekerja membanting tulang mencari uang buat biaya anak-anaknya itu.
(5)    Saya rasa cita-cita yang demikian merupakan cita-cita semua orang tua.
(6)    Orang tua di kampung kami melakukan hal yang sama demi masa depan anak-anak mereka.

c.    Elipsis, contoh wacananya
Evi dan Geri senang sekali mendaki gunung sebagai sport utama mereka. Justru Feri dan Ninon sebaliknya; mereka senang memancing. Setiap hari minggu Feri dan Ninon perg memancing ke Situ Lembang. Mereka membawa perangkat pancing beberapa buah. Minggu yang lau saya meminjam satu. Siapa yang memperoleh ikan lebih dari dua puluh kilo diberi hadiah sebuah radio transitor oleh pemilik pemancingan itu. Minggu yang lalu justru Feri pula yang berhasil.
(1)    Evi dan Geri senang sekali mendaki gunung sebagai sport utama mereka.
(2)    Justru Feri dan Ninon sebaliknya; mereka senang memancing.
(3)    Setiap hari minggu Feri dan Ninon perg memancing ke Situ Lembang.
(4)    Mereka membawa perangkat pancing beberapa buah. Minggu yang lau saya meminjam satu.
(5)    Siapa yang memperoleh ikan lebih dari dua puluh kilo diberi hadiah sebuah radio transitor oleh pemilik pemancingan itu.
(6)    Minggu yang lalu justru Feri pula yang berhasil.

d.    Konjungsi, contoh wacananya
Badan terasa kurang enak, tetapi dia masuk kantor juga karena banyak tugas yang harus diselesaikan dengan segera. Masuk atau tidak masuk kantor, Pekerjaan harus selesai sebab bulan depan akan diadakan serah terima jabatan, baik yang digantikan maupun pengganti harus dipertemukan pada saat itu. Meskipun misalnya seseorang tidak ingin dipindahkan ketempat lain, tetapi kalau surat keputusan telah dikeluarkan, maka perpindahan harus dilaksanakan selekas mungkin. Akhirnya dia mengetahui dengan pasti bahwa dia dipindahkan ke Kota yang lebih besar dan ramai. Sesudah membaca surat keputusan itu dia merasa gembira sebab sebelum itu dia menduga bahwa dia akan dipindahkan di Kota kecil dan terperinci entah di Kalimantan entah di Irian.
(1)    Badan terasa kurang enak, tetapi dia masuk kantor juga karena banyak tugas yang harus diselesaikan dengan segera.
(2)    Masuk atau tidak masuk kantor, Pekerjaan harus selesai sebab bulan depan akan diadakan serah terima jabatan, baik yang digantikan maupun pengganti harus dipertemukan pada saat itu.
(3)    Meskipun misalnya seseorang tidak ingin dipindahkan ketempat lain, tetapi kalau surat keputusan telah dikeluarkan, maka perpindahan harus dilaksanakan selekas mungkin.
(4)    Akhirnya dia mengetahui dengan pasti bahwa dia dipindahkan ke Kota yang lebih besar dan ramai.
(5)    Sesudah membaca surat keputusan itu dia merasa gembira sebab sebelum itu dia menduga bahwa dia akan dipindahkan di Kota kecil dan terperinci entah di Kalimantan entah di Irian.

e.    Repitisi, contoh wacanya
Dahulu tugas wanita itu hanya mendampingi suami, mengasuh anak,dan mengurus rumah tangga. Akan tetapi, skarang zamanya sudah berubah. Wanita mendapat kelonggaran melangkahi maju di luar rumah, asalkan tidak meninggalkan tugasnya sebagai ratu rumah tangga. Wanita menjadi sumber daya manusia yang besar, yang membantu laju pembangunan nasional.
(1)    Dahulu tugas wanita itu hanya mendampingi suami, mengasuh anak,dan mengurus rumah tangga.
(2)    Akan tetapi, skarang zamanya sudah berubah.
(3)    Wanita mendapat kelonggaran melangkahi maju di luar rumah, asalkan tidak meninggalkan tugasnya sebagai ratu rumah tangga.
(4)    Wanita menjadi sumber daya manusia yang besar, yang membantu laju pembangunan nasional.

f.    Sinonim, contoh wacanya
Bambang, Asri, Winanti dan rombongan sudah sampai di Karang Karandhan, kemudian membersihkan badan yang kotor karena kena lumpur. Sementara itu, dia tetap masih memikirkan siapakah para Durjana yang berani mengintai nyawanya. Orang mana dan apa perlunya sehingga sampai menginginkan kematianya. 
(1)    Bambang, Asri, Winanti dan rombongan sudah sampai di Karang Karandhan, kemudian membersihkan badan yang kotor karena kena lumpur.
(2)    Sementara itu, dia tetap masih memikirkan siapakah para Durjana yang berani mengintai nyawanya.
(3)    Orang mana dan apa perlunya sehingga sampai menginginkan kematianya
g.    Antonim, contoh wacananya
Malam itu suara dan tingkah Rangga Kuwata keras dan kasar sehingga menjadikan takut orang yang berbuat curang. Akan tetapi, setelah Dirja kelihatan takut dan gemetar, lalu berganti lembut dan halus.
(1)    Malam itu suara dan tingkah Rangga Kuwata keras dan kasar sehingga menjadikan takut orang yang berbuat curang.
(2)    Akan tetapi, setelah Dirja kelihatan takut dan gemetar, lalu berganti lembut dan halus.

h.    Hiponim, contoh wacananya
Paman Martareja ketika masih menjadi lurah di Desa Bukungan, kalau naik kendaraan sering berganti-ganti. Tetapi, sekarang malah sebaliknya, setelah tidak menjadi lurah dan mulai membiayai anak-anaknya yang hampir di Perguruan Tinggi, dia kalau pergi ke mana saja selalu naik sepeda.
(1)    Paman Martareja ketika masih menjadi lurah di Desa Bukungan, kalau naik kendaraan sering berganti-ganti.
(2)    Tetapi, sekarang malah sebaliknya, setelah tidak menjadi lurah dan mulai membiayai anak-anaknya yang hampir di Perguruan Tinggi, dia kalau pergi ke mana saja selalu naik sepeda.
i.    Korelasi, contoh wacananya
Berita tentang Ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri sudah di muat di media massa. Koran yang terbit hari ini pun masih memuat hal tersebut.
(1)    Berita tentang Ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri sudah di muat di media massa.
(2)    Koran yang terbit hari ini pun masih memuat hal tersebut.

j.    Ekuivalensi, contoh wacananya
Kursi mewah yang banyak dipakai di hotel, vila, dan rumah-rumah mewah di luar negeri itu ternyata berasal dari Cirebon. Barang itu merupakan hasil karya tangan dan jiwa seni anak-anak desa di daerah Cirebon. Dengan alat sederhana, para perajin memotong-motong rotan. Kemudian menciptakan berbagai bentuk kerangka kursi dan meja. Setelah kerangka itu diampelas, lalu dipasang anyaman yang terbuat dari kertas semen. Kertas semen itu dipilih-pilih menjadi seutas tali, lalu dianyam. Tali itu dianyam dengan mesin pada kawat yang telah dibungkus kertas semen. Dengan demikian, terbentuklah anyaman tali kertas seperti lembaran kertas yang disebut loom. Bahan baku berupa lembaran anyaman kertas ini masih didatangkan dari Eropa.
(1)    Kursi mewah yang banyak dipakai di hotel, vila, dan rumah-rumah mewah di luar negeri itu ternyata berasal dari Cirebon.
(2)    Barang itu merupakan hasil karya tangan dan jiwa seni anak-anak desa di daerah Cirebon.
(3)    Dengan alat sederhana, para perajin memotong-motong rotan.
(4)    Kemudian menciptakan berbagai bentuk kerangka kursi dan meja.
(5)    Setelah kerangka itu diampelas, lalu dipasang anyaman yang terbuat dari kertas semen.
(6)    Kertas semen itu dipilih-pilih menjadi seutas tali, lalu dianyam.
(7)    Tali itu dianyam dengan mesin pada kawat yang telah dibungkus kertas semen. 
(8)    Dengan demikian, terbentuklah anyaman tali kertas seperti lembaran kertas yang disebut loom.
(9)    Bahan baku berupa lembaran anyaman kertas ini masih didatangkan dari Eropa.
   



Wacana

Kursi mewah yang banyak dipaki di hotel, vila, dan rumah-rumah mewah di luar negeri itu ternyata berasal dari Cirebon. Barang itu merupakan hasil karya tangan dan jiwa seni anak-anak desa di daerah Cirebon. Dengan alat sederhana, para perajin memotong-motong rotan. Kemudian menciptakan berbagai bentuk kerangka kursi dan meja. Setelah kerangka itu diampelas, lalu dipasang anyaman yang terbuat dari kertas semen. Kerts semen itu dipilih-pilih menjadi seutas tali, lalu di anyam. Tali itu di anyam dengan mesin pada kawat yang telah dibungkus kertas semn. Dengan demikian, terbentuklah anyaman tali kertas seperti lembaran kertas yang disebut loom. Bahan baku berupa lembaran anyaman kertas ini masih didatangkan dari Eropa.
1.    Jenis wacana diatas adalah wacana Prosedural. Alasanya mengapa saya mengatakan bahwa wacana diatas termaksud wacana Prosedural karena wacana tersebut menceritakan sesuatu secara berurutan dan tidak membolak-balik unsurnya.
2.    Analisis Konteks wacana diatas yakni, menurut Halliday (1994 : 16-17) ada tiga konsep untuk menafsirkan konteks situasi dalam wacana:
a.    Medan wacana diatas adalah proses pembuatan kerajianan tangan.
b.    Pelibat wacana diatas adalah kursi mewah dan pengrajin tangan. Kursi mewah sebagai hasil produk dan pengrajin tangan yang membuat produk. Hubungan mereka adalah hubungan antara pembuat kerajinan tangan dan hasil dari kerajinan tangan.
c.    Sarana wacananya adalah bersifat tulisan. Hal ini ditandai oleh adanya monolog yang berfungsi sebagai pengantar karena dari kalimat pertama hingga akhir hanya menceritakan saja mengenai kegiatan pengrajin dan disitu tidak ada sama sekali komunikasi yang dilakukan atau dialog.
3.    Topik dari wacana diatas adalah pembuat kerajinan. Dan tema wacana diatas adalah cara membuat kerajinan tangan. Sedangkan judulnya adalah hasil kerajinan tangan daerah Cirebon.
4.    Analisis koherensinya, pada wacana dibawah ini !
Kursi mewah yang banyak dipaki di hotel, vila, dan rumah-rumah mewah di luar negeri itu ternyata berasal dari Cirebon. Barang itu merupakan hasil karya tangan dan jiwa seni anak-anak desa di daerah Cirebon. Dengan alat sederhana, para perajin memotong-motong rotan. Kemudian menciptakan berbagai bentuk kerangka kursi dan meja. Setelah kerangka itu diampelas, lalu dipasang anyaman yang terbuat dari kertas semen. Dengan demikian, terbentuklah anyaman tali kertas seperti lembaran kertas yang disebut loom. Bahan baku berupa lembaran anyaman kertas ini masih didatangkan dari Eropa.


hhh                                                         Tidak memiliki hubungan makna
                                                                  
                               Hubungan makna Instrumen
k                                                             Hubungan makna tempo dan makna Instrumen
                                                                 
                                                               Hubungan makna Tempo
                                                                Hubungan makna Tempo

                                                               Hubungan makna Tempo

                                                               Tidak memiliki hubumgan makna
                                                               Hubungan makna Kontras


Keterangan :
a.    Kalimat 1 dan 2 tidak koheren, namun memiliki keterkaitan makna.
b.    Kalimat 2 dan 3 memiliki hubungan makna yang ditandai dengan kata “dengan” yang termaksud hubungan makna Instrumen.
c.    Kalimat 3 dan 4 ada hubungan makna tempo yang ditandai dengan kata “kemudian”. Dan ada makna instrumen yang ditandai kata “dengan”.
d.    Kalimat 4 dan 5 memiliki hubungan makna Tempo yang ditandai dengan kata “setelah”.
e.    Kalimat 5 dan 6 tidak memiliki koheren, tetapi masih memiliki hubungan makna yaitu, apabila dihubungkan maka kata yang cocok yakni kata “kemudian” yang termaksud makna Tempo.
f.    Kalimat 6 dan 7 tidak koheren, namun masih memiliki hubungan makna. Maka makna yang dihubungkan adalah kata “kemudian” yang termaksud hubungan makna Tempo.
g.    Kalimat 7 dan 8 tidak koheren tetapi masih memiliki keterkaitan makna.
h.    Kalimat 8 dan 9 tidak koheren, tetapi ada makna yang dapat dihubungankan yaitu kata “padahal” yang termaksud makna kontras.










WACANA





Oleh :

WAHAR NINA
A1D3 09163


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012



PENELITIAN KUANTITATIF

 Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif dengan kualitatif seperti berikut ini:
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya.\
Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya.
Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data.
Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10. (Dari segi) analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.

arti Blog, Secara Bahasa
Blog, secara bahasa merupakan singkatan dari Weblog. Weblog sendiri merupakan singkatan dari “Logging The Web”. Asal-usul dari istilah “Logging The Web” adalah memasuki web dan menuliskan ‘kesimpulan link-link mana yang menarik‘ dan memberikan pendapat tentang link tersebut di jurnal online mereka. Lebih lengkap, silahkan baca sejarah asal usul blog.
Definisi Blog Versi Bloggingly
Blog adalah website dengan konten (konten bisa berupa teks, gambar, link, audio atau video) yang di-update secara berkala serta mewakili dan berdasarkan sudut pandang ‘karakter’ tertentu yang menjadikan kontennya khas (umumnya menggunakan sudut pandang personal). Standarnya, konten blog diurutkan secara kronologis terbalik (konten baru di depan, konten lama di belakang) dan dapat dikomentari.

Blog merupakan singkatan dari "web log" adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Blog

Read more: http://herisquare.webnode.com/news/arti-blog/
Create your own website for free: http://www.webnode.com
Setelah sekian lama ngeblog saya tertarik juga ingin ikut memberi komentar dan pendapat tentang "Apa itu Web log, atau lebih populer di sebut Blog".

Semua orang bila di tanya tentang definisi Web log atau Blog dan apa bedanya dengan website maka akan memberikan jawaban yang berbeda-beda tetapi akan mengidentifikasikan hal kurang lebih sama, yaitu Blog cenderung personal dan muatan-nya berasal dari sudut pandang pribadi. sedangkan website kebalikannya.

Kalau berdasarkan kamus maka akan di dapat arti seperti di bawah ini:
Web = Dunia Internet beserta insinya, atau suka di sebut Dunia Maya
Site = Tempat atau Lokasi
Log = Membukukan

Pendapat saya sendiri tentang definisi Blog simple saja, yaitu Blog adalah "Pembukuan pribadi kita di dunia Internet".

Bila kita membuat suatu catatan-catatan secara periodik apapun catatan itu, misalnya daftar alamat, Puisi, kejadian penting, menu makanan, dan kita tuliskan di buku atau bahan lainnya yang ada di dunia nyata ini, maka kita bisa menamakannya Buku harian atau Diary atau Jurnal, dan bila kita tuliskan di dunia internet maka itu namanya "Blog"........kalau tidak percaya coba tanya saja sama mbak Tia di blognya http://angin-berbisik.blogspot.com/, kalau dia mau menuliskan ceritanya waktu
Dari berbagai definisi diatas, kita bisa mengambil berbagai kata kunci mengenai “definisi blog”:
•    Singkatan dari weblog
•    website (sejenis website)
•    Personal journal/online diary
•    Dikelola secara individual
•    Diupdate secara berkala
•    Diurutkan secara kronologis terbalik, dimana tulisan terbaru muncul di awal dan tulisan lama di belakang
•    Dapat di komentari
•    Terdiri dari berbagai link
•    Merupakan Opini pemilik blog (blogger)
Ada satu hal yang perlu kita sadari bersama: berbagai definisi ini dibuat beberapa tahun lalu, yang mana kondisi blogosphere kala itu berbeda dengan kondisi blogosphere kita saat ini, (tahun 2009) sehingga ada beberapa aspek dari definisi tersebut yang terasa tidak relevan untuk kondisi sekarang. Mari kita runut beberapa aspek yang kita perlu kritisi:
Dikelola secara Individual/Personal Journal/Online Diary: di awal kemunculannya, blog memang sebuah kumpulan review akan link yang diterbitkan secara personal oleh pengelolanya. Namun dewasa ini, bukankah banyak apa yang kita sebut dengan corporate blog (ex: GoogleBlog)? atau blog niche yang dikelola oleh dua atau lebih blogger (ex: NavinoT)?









A.    PENGERTIAN WEBSITE ATAU SITUS.
Web artinya Suatu sistem di internet yang memungkinkan siapapun agar bisa menyediakan informasi. Dengan menggunakan teknologi tersebut, informasi dapat diakses selama 24 jam dalam satu hari dan dikelola oleh mesin. Untuk mengakses informasi yang disediakan web ini, diperlukan berbagai perangkat lunak, yang disebut dengan web browser. Istilah lain yang mungkin terkait, weber adalah satuan
Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster, Multiply, dll. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik.
B. UNSUR-UNSUR DALAM PENYEDIAAN WEBSITE ATAU SITUS.
Untuk menyediakan sebuah website, maka kita harus menyeediakan unsur-unsur penunjangnya, seperti halnya:
1.    Nama domain (Domain name/URL - Uniform Resource Locator)
Nama domain atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL adalah alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah website, atau dengan kata lain domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan sebuah website pada dunia internet. Contoh : http://www.nama situs .com
Nama domain diperjualbelikan secara bebas di internet dengan status sewa tahunan. Setelah Nama Domain itu terbeli di salah satu penyedia jasa pendaftaran, maka pengguna disediakan sebuah kontrol panel untuk administrasinya. Jika pengguna lupa/tidak memperpanjang masa sewanya, maka nama domain itu akan di lepas lagi ketersediaannya untuk umum. Nama domain sendiri mempunyai identifikasi ekstensi/akhiran sesuai dengan kepentingan dan lokasi keberadaan website tersebut.
Pengertian website atau situs.
Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya itu baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
Unsur-unsur website atau situs.
Untuk menyediakan keberadaan sebuah website, maka harus tersedia unsur-unsur penunjangnya, adalah sebagai berikut:
1. Nama domain (Domain name/URL – Uniform Resource Locator)
Pengertian Nama domain atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL adalah alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah website, atau dengan kata lain domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan sebuah website pada dunia internet. Contoh : http://www.baliorange.net, http://www.detik.com
Nama domain diperjualbelikan secara bebas di internet dengan status sewa tahunan. Nama domain sendiri mempunyai identifikasi ekstensi/akhiran sesuai dengan kepentingan dan lokasi keberadaan website tersebut. Contoh nama domain ber-ekstensi internasional adalah com, net, org, info, biz, name, ws. Contoh nama domain ber-ekstensi lokasi Negara Indonesia adalah co.id (untuk nama domain website perusahaan), ac.id (nama domain website pendidikan), go.id (nama domain website instansi pemerintah), or.id (nama domain website organisasi).
2. Rumah tempat website (Web hosting)
Pengertian Web Hosting dapat diartikan sebagai ruangan yang terdapat dalam harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar dan lain sebagainya yang akan ditampilkan di website. Besarnya data yang bisa dimasukkan tergantung dari besarnya web hosting yang disewa/dipunyai, semakin besar web hosting semakin besar pula data yang dapat dimasukkan dan ditampilkan dalam website.
Web Hosting juga diperoleh dengan menyewa. Besarnya hosting ditentukan ruangan harddisk dengan ukuran MB(Mega Byte) atau GB(Giga Byte). Lama penyewaan web hosting rata-rata dihitung per tahun. Penyewaan hosting dilakukan dari perusahaan-perusahaan penyewa web hosting yang banyak dijumpai baik di Indonesia maupun Luar Negri.
3. Bahasa Program (Scripts Program)
Adalah bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan setiap perintah dalam website yang pada saat diakses. Jenis bahasa program sangat menentukan statis, dinamis atau interaktifnya sebuah website. Semakin banyak ragam bahasa program yang digunakan maka akan terlihat website semakin dinamis, dan interaktif serta terlihat bagus.
Beragam bahasa program saat ini telah hadir untuk mendukung kualitas website. Jenis jenis bahasa program yang banyak dipakai para desainer website antara lain HTML, ASP, PHP, JSP, Java Scripts, Java applets dsb. Bahasa dasar yang dipakai setiap situs adalah HTML sedangkan PHP, ASP, JSP dan lainnya merupakan bahasa pendukung yang bertindak sebagai pengatur dinamis, dan interaktifnya situs.
Bahasa program ASP, PHP, JSP atau lainnya bisa dibuat sendiri. Bahasa program ini biasanya digunakan untuk membangun portal berita, artikel, forum diskusi, buku tamu, anggota organisasi, email, mailing list dan lain sebagainya yang memerlukan update setiap saat.
4. Desain websiteSetelah melakukan penyewaan domain name dan web hosting serta penguasaan bahasa program (scripts program), unsur website yang penting dan utama adalah desain. Desain website menentukan kualitas dan keindahan sebuah website. Desain sangat berpengaruh kepada penilaian pengunjung akan bagus tidaknya sebuah website.





Pengertian URL
Pengertian URL (Uniform Resource Locator) adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. URL pertama kali diciptakan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1991 agar penulis-penulis dokumen dokumen dapat mereferensikan pranala ke World Wide Web. Sejak 1994, konsep URL telah dikembangkan menjadi istilah Uniform Resource Identifier (URI) yang lebih umum sifatnya.
Pengertian URL atau Uniform Resource Locator adalah serangkaian karakter (seperti huruf, angka, maupun simbol) menurut format standar yang telah ditetapkan, yang digunakan untuk menunjukkan alamat (address) suatu sumber yang ada seperti file dan dokumen pada Internet.
 URL
Uniform Resource Locator, adalah rangkaian menurut format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat sumber seperti dokumen dan gambar di internet.
Pengertian URL (Uniform Resource Locator) adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. URL pertama kali diciptakan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1991 agar penulis-penulis dokumen dokumen dapat mereferensikan pranala ke World Wide Web. Sejak 1994, konsep URL telah dikembangkan menjadi istilah Uniform Resource Identifier (URI) yang lebih umum sifatnya.
URL adalah singkatan dari Uniform Resource Locators yang berarti suatu “pathname” untuk mengidentifikasi sebuah dokumen di web. Didalam URL terdapat informasi nama mesin/host (dalam hal ini komputer) yang akan diakses, nama dokumen beserta logical pathnamenya serta jenis protokol yang akan digunakan untuk melakukan akses ke web.

Read more: Pengertian dan definisi dari URL atau Uniform Resource Locator | SmartClick
Pengertian HTTP
Posted on 15/06/2010 by ewawan.com
Pengertian HTTP atau definisi HTTP (HyperText Transfer Protocol) adalah sebuah protokol untuk meminta dan menjawab antara client dan server. Sebuh client HTTP seperti web browser, biasanya memulai permintaan dengan membuat hubungan TCP/IP ke port tertentu di tempat yang jauh (biasanya port 80). Sebuah server HTTP yang mendengarkan di port tersebut menunggu client mengirim kode permintaan (request) yang akan meminta halaman yang sudah ditentukan, diikuti dengan pesan MIME yang memiliki beberapa informasi kode kepala yang menjelaskan aspek dari permintaan tersebut, diikut dengan badan dari data tertentu.
HTTP berkomunikasi melalui TCP / IP. Klien HTTP terhubung ke server HTTP menggunakan TCP. Setelah membuat sambungan, klien dapat mengirim pesan permintaan HTTP ke server. HTTP digunakan untuk mengirimkan permintaan dari klien web (browser) ke web server, dikembali kan ke konten web (halaman web) dari server ke klien.
HTTP tidaklah terbatas untuk penggunaan dengan TCP/IP, meskipun HTTP merupakan salah satu protokol aplikasi TCP/IP paling populer melalui Internet. Memang HTTP dapat diimplementasikan di atas protokol yang lain di atas Internet atau di atas jaringan lainnya.

HTTP

Pengertian HTTP atau definisi HTTP (HyperText Transfer Protocol) adalah sebuah protokol untuk meminta dan menjawab antara client dan server. Sebuh client HTTP seperti web browser, biasanya memulai permintaan dengan membuat hubungan TCP/IP k...e port tertentu di tempat yang jauh (biasanya port 80). Sebuah server HTTP yang mendengarkan di port tersebut menunggu client mengirim kode permintaan (request), seperti “GET / HTTP/1.1” yang akan meminta halaman yang sudah ditentukan, diikuti dengan pesan MIME yang memiliki beberapa informasi kode kepala yang menjelaskan aspek dari permintaan tersebut, diikut dengan badan dari data tertentu.

WWW

WWW =World Wide Web bukan Internet. Tapi, WWW merupakan jaringan yang terbesar dan terpopuler di internet. Data WWW disebut website atau webpages. Di dalamnya ada tulisan, gambar, foto, suara, dan video. Dengan World Wide Web, kita dapat ma...suk atau surfing ke berbagai webpages. Tentunya, dengan menggunakan bahasa khusus yang disebut Hypertext Transfer Protocol atau HTTP. Internet tidak hanya berisi World Wide Web. Ada juga jaringan-jaringan lain di dalamnya. Misalnya, SMTP/POP untuk email, P2P untuk musik dan video, dan FTP untuk men-download. Setiap jaringan itu punya bahasa-bahasa khususnya sendiri.

URL

URL singkatan dari Uniform Resource Locator. URL adalah lokasi dari sebuah file di dalam web. Beberapa contoh URL antara lain http://www.pestahosting.com/, atau http://member.pestahosting.com/. URL yang Anda pilih akan digunakan oleh pengunjung, atau Anda sendiri, untuk mengakses Website Anda atau URL bisa disebut juga dengan Domain.




Web dan Blog sebenarnya sama saja.

 Bedanya, web (biasa disebut website atau situs web) adalah situs yg bersifat independen. Berdiri sendiri. Didesain secara mandiri untuk kepentingan pemilik situs. Desain web ini dirancang oleh seorang / kelompok orang yg sudah profesional, biasa disebut webmaster.

Sedangkan blog, merupakan istilah populer dari ‘web log’. Blog ini disediakan untuk umum dari suatu situs web untuk tujuan interaktif. Semua fasilitasnya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan oleh yg awam sekalipun dengan desain web. Kalaupun ada desain tampilan, biasanya merupakan theme yg sudah disediakan oleh situs penyedia blog.


Perbedaan yang mencolok kurasa ada pada fasilitas,
 Umumnya blog sudah terbentuk, kita hanya bisa memilih-milih fasilitas yang sudah ada saja, misalnya tampilannya, dan beberapa pengaya seperti counter visit, recent post dsb.

Dan umumnya blog bersifat pribadi, karena sifatnya yang pribadi ini maka isinya biasanya ditulis oleh sang pemilik blog, pemilik blog juga bisa ngeblok orang-orang yang tak dikenalnya untuk melihat blognya.

Sedangkan website seperti komputer baru yang belum diinstal OS, pemilik bisa memilih OS apa yang akan digunakan, dan setelah OSnya berjalan pemilik bisa menambahkan aplikasi apa saja yang di pasang.

Jika kamu punya duit, kamu juga bisa menyewa nama domain sebagai blog kamu misalnya www.saya.com.

Website :
 - tujuannya untuk penyediaan informasi.
 - biasanya berdiri sendiri /independen.
 - umumnya untuk memiliki website harus keluar duit alias bayar.
 - penulisnya disebut sbg webmaster.

Blog :
 . Tujuannya bervariasi,untuk kebanggaan pribadi,diary,curhat,mengutarakan pendapat /opini ke publik atau bahkan hanya sekedar menyimpan catatan pribadi.
 . Biasanya tidak berdiri sendiri alias numpang di situs penyedia layanan blog.
 . Kebanyakan Gratisan.
 . Penulisnya disebut Blogger

Rabu, 23 Mei 2012

Rangkuman Penilaian

RANGKUMAN MATERI PENILIAIAN


    Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran tes adalah pernyataan tentang seberapa mudah atau seberapa sukar sebuah butir tes itu bagi testee atau siswa terkait. Tingkat kesukaran merupakan salah satu ciri tes yang perlu diperhatikan, karena tingkat kesukaran tes menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir tes atau tes secara keseluruhan yang telah diselenggarakan. Butir tes yang baik adalah butir yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, yaitu yang dapat dijawab dengan benar oleh sekitar 40 sampai 80 % peserta tes. Sebab butir tes yang hanya dijawab oleh 10 % atau bahkan 90 %, akan sulit dibedakan, manakah kelompok yang benar-benar mampu dan kelompok yang benar-benar kurang mampu dalam menjawab soal.
Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti itu mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah.Dalam proses analisis tes, seorang guru hendaknya meninjau ulang validitas dan susunan redaksional butir tes yang dibuatnya. Jika ternyata butir tes/soal tidak valid, maka keputusan yang harus diambil adalah membuang butir tes tersebut. Dan jika butir tes itu valid, maka perlu diadakan revisi terhadap susunan redaksi tes. Valid yang dimaksud di sini adalah, terdapat keterwakilan dan relevansi dengan kemampuan yang harus diukur sesuai GBPP yang diberlakukan.
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.




Kemudian dilanjutkan dengan proses berikut:




Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini:
    0,00 - 0,30 soal tergolong sukar.
    0,31 - 0,70 soal tergolong sedang.
    0,71 - 1,00 soal tergolong mudah.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
    Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut:
    Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
    Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.

    Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa biasa.

    Daya Beda
Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar butir tes dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dengan siswa kelompok rendah. Salah satu ciri butir yang baik adalah yang mampu membedakan antara kelompok atas (yang mampu) dan kelompok bawah (kurang mampu). Karena itu butir tes harus diketahui daya bedanya. Siswa yang termasuk kelompok tinggi adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor paling baik. Siswa yang termasuk kelompok rendah adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor yang rendah. Kelompok siswa yang pandai sering disebut dengan istilah kelompok Upper, dan kelompok siswa yang kurang pandai sering disebut dengan istilah Lower. Tingkat daya pembeda butir-butir tes dinyatakan dalam skala indeks sebagai berikut:
    Indeks -1,00 berarti butir tes terbalik, siswa kurang pandai dalam kelompok Lower dapat menjawab butir tes dengan sempurna, dan kelompok yang paling pandai dalam Upper tidak ada satupun yang mampu menjawab dengan benar.
    Indeks 0,00 berarti butir tes tidak dapat membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Atau kemampuan kelompok pandai (Upper) sama dengan kemampuan kelompok kurang pandai (Lower).
    Indeks 1,00 berarti butir tes secara sempurna dapat membedakan siswa berdasarkan tingkat kemampuanya.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda butir tes adalah :
    DB = U – L
    Nup x skor maks
    DB = Daya Beda
    U = Kelompok Tinggi
    L = Kelompok Rendah
    Nup = Jumlah siswa Upper dan Lower

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis daya pembeda butir tes adalah sebagai berikut:
    Mengurutkan jawaban siswa mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah.
    Membagi kelompok Atas dan kelompok Bawah masing-masing 25 % atau 30 % atau 40 %.
    Memberi skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah pada tes pilihan ganda. Sedangkan pada tes essay diberikan skor sesuai pada rentangan yang ditentukan.
    Menghitung daya beda dengan rumus yang telah ditentukan.
Langkah-langkah untuk mengkalkulasi daya beda adalah sebagai berikut:
    Susunlah urutan peserta berdasarkan skor  yang diprolehnya, mulai dari skor tertinggi hingga terendah.Bagilah jumlah peserta tes menjadi dua kelompok yang sama jumlahnya. Bila jumlah peserta tes ganjil, maka peserta yang di tengah-tengah tak usah dimasukkan pada satu kelompok yang ada (dikeluarkan). Kelompok pertama dinamakan kelompok prestasi tinggi dan kelompok kedua dinamakan kelompok prestasi rendah.
    Hitunglah jumlah kelompok atas yang menjawab benar terhadap butir soal yang akan dikalkulasikan daya bedanya. Demikian untuk kelompok yang bawah.
    Kalkulasikan proporsi peserta yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut untuk masing-masing kelompok.
    Kurangilah proporsi kelompok atas dari kelompok bawah dan diperoleh indeks daya beda soal tersebut.
Untuk mencari indeks daya beda suatu butir soal dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
        D= B_(a - B_b )/n
   
Keterangan : D = Indek daya beda
〖                        B〗_a = Jumlah jawaban betul kelompok tinggi
                       B_b= Jumlah jawaban  betul kelompok rendah
                        n = Jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah, atau 27,5%
    Butir soal yang baik indek daya bedanya paling tidak harus mencapai 0,25% atau bahkan 0,35% ( Oller, dalam Nurgiyantoro, 1988:130). Butir soal  indek daya bedanya kurang dari 0,25% dianggap tidak layak. Oleh karena itu, soal diganti atau direvisi karena kurang membedakan antara kelompok tinggi dan rendah. Analisis  butir soal esai,untuk tes berbentuk esai, penghitungan dalam tingkat kesulitan dsn indeks daya pembeda, dipergunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Kesulitan (P ) = (Sh +SI –(2N x Skor min⁡))/(2N x ( Skor maks –Skor min⁡)  )
Daya Pembeda (D)     = (Sh -SI )/(N ( Skor maks –Skor min⁡) )    
Keterangan:
Sh            = Jumlah skor butir kelompok  tinggi
Sl             = Jumlah skor butir kelompok rendah
Skor  maks        = Skor maksimal suatu butir soal
Skor min        = Skor minimal suatu butir soal
N            = Jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (27,5%)
    Langkah-langkah yang di tempuh hampir sama dengan butir soal objektif di atas, tetapi pada langkah identifikasi jawaban benar dan salah berbeda. Pada tes objektif  skala yang digunakan 0 atau 1 sedangkan pada esai  1 – 5 atau 1 – 10. Artinya, pada tes esai jawaban benar diskala 1 sampai dengan 5 atau 1 sampai dengan 10 bergantung pada kualitas jawaban siswa terhadap butir soal trrsebut.

    Tingkat penerkaan
Makin kecil tingkat penerkaan, maka makin baik butir soal tersebut. Pengecoh dapat diterima karena sudah baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali karena kurang baik. Kekurangannya itu dapat terletak pada rumusan kalimat. Sebuah distractor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila dipilih lebih dari 5 % pengikut tes. Analisis tingkat penerkaan soal tes akan disajikan pada tabel berikut ini.
No    Pilihan dipilih > 5%    Jumlah    Prosentase (%)
1
2
3
4
5    Empat pilihan
Tiga pilihan
Dua pilihan
Satu pilihan
Nol pilihan    17
16
13
3
1    34 %
32 %
26 %
6 %
2 %
    Jumlah    50    100 %

Tabel di atas menggambarkan seberapa tertariknya siswa untuk setiap pilihan. Dari 50 soal 34 % diantaranya semua pilihan berfungsi dengan baik, yaitu yang dipilih lebih dari 50 % siswa. Sedangkan 32 % lainnya hanya 3 pilihan yang diminati oleh siswa. Selanjutnya 26 % dari soal tersebut hanya 2 pilihan yang diminati oleh siswa. Sedangkan 3 butir soal (6 %) hanya satu pilihan yang diminati siswa secara baik. Sisanya satu butir (2 %) tidak satupun pilihan yang diminati siswa. Untuk soal nomor 1, pilihan A dan D tidak berfungsi dengan baik, soal nomor 2 dan 3 pilihan D tidak diminati siswa. Soal nomor 4 pilihan B dan C tidak berfungsi, soal nomor 5 pilihan A tidak berfungsi. Soal nomor 8 dan 9 pilihan D tidak berfungsi, nomor 16 dan 17 pilihan A tidak berfungsi. Nomor 21 pilihan B tidak berfungsi, nomor 22 pilihan C dan D tidak berfungsi. Nomor 24 pilihan C tidak berfungsi, nomor 26 pilihan B tidak berfungsi, nomor 27 pilihan D tidak berfungsi, nomor 35 pilihan A tidak berfungsi. Nomor 42 B tidak berfungsi, nomor 46 B dan D tidak berfungsi, selanjutnya nomor 47 pilihan B juga tidak berfungsi.
Dari 50 butir soal hanya 17 butir (34%) yang berfungsi keempat pilihan (A, B, C, D) dengan baik. Soal itu adalah nomor 19, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 41, 43, 44, 45, 49, dan 50. Selanjutnya 16 butir soal (32 %) hanya 3 pilihan yang diminati siswa. Soal-soal itu ialah nomor 2, 3, 6, 8, 12, 13, 16, 17, 20, 23, 30, 35, 38, 39, 42, dan 48. Berikutnya sebanyak 13 butir soal      (26 % ) hanya dua pilihan yang diminati siswa. Soal-soal itu adalah 1, 4, 5, 9, 10, 11, 14, 15, 22, 24, 26, 40 dan 46. Selain itu 3 butir soal (6 %) hanya satu pilihan yang diminati siswa yaitu nomor 18, 21, dan 47. Sisanya 1 butir soal (2%) tidak satupun alternatif pilihan yang diminati oleh siswa yaitu soal nomor 7.
Berfungsi tidaknya pengecoh (distractor) banyak ditentukan oleh cara penyusunan suatu tes, tes pilihan yang disusun tanpa memperhatikan homogen tidaknya alternatif pilihan berpeluang untuk tidak berfungsi distraktor. Alternatif tersebut dapat ditebak tanpa dipikirkan atau tanpa belajar sama sekali. Demikian juga halnya bila kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan memberi petunjuk untuk jawaban yang benar. Panjang pendeknya alternatif pilihan dapat memberi petunjuk kearah kunci jawaban. Alternatif jawaban yang cendrung panjang, cendrung merupakan petunjuk jawaban yang benar. Begitu juga alternatif pilihan yang berbunyi ”semua benar ” merupakan petunjuk jawaban yang benar.

    Validitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan. Jika pada suatu kesempatan kita ingin memperoleh tinggi suatu meja, penggaris merupakan alat ukur yang valid, karena dengan alat ini kita akan dapatkan berapa centi meter tinggi meja tersebut. Meteran gulung juga alat yang valid. Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk (construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi. Misalkan saja untuk kuesioner yang digunakan mengukur kesejahteraan keluarga, maka butir-butir penyusunnya semuanya menuju ke satu titik, yaitu pengukuran kesejahteraan.
Validitas menurut gronlund (1985) dapat diartiakn sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari scor tes atau instrument evaluasi. Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid, seperti yang dietrangkan oleh Gay (1983) dn johnson and johnson 2002 apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Jadi jika tes tersebut adalah tes pencapaian hasil belajar maka hasil tes tersebut apabila di interpestasi secara intesif, hasil yang dicapai mememng benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil evaluasi belajar. Secara garis besar ada 2 macam validitas yaitu :
    Validitas logis
validitas logis mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika” yang berarti penalaran. Dengan demikian validitas logis adalah suatu instrumen evaluasi yang menunjuk pada kondisi bagi dsebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Sedangkan, untuk macam-macam validitas logis itu ada dua yang dapat dicapai oleh instrumen yaitu:
    Validiatas isi
Yang dimaksud validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan subtansi yang ingin diukur.valididitas isi ini mencakuphal- hal yang berkaitan dengan apakah item – item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.
    Validitas konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara. Secara devinitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservsi tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya mellui salah satu atau dua indra kita.
    Validitas empiris
Istilah validitas empiris memuat kata “Empiris” yang artinya “Pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. sebagai contoh sehari-hari seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dapat dibuktikan bahwa orang tersebut jujur. Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, akan tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memng valid yaitu validitas da sekarang dan validitas ramalan atau predeksi.

    Reliabilitas
Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki. Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini:
    Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam.
    Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-juri pemberi nilai.
    Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam berbagi kategori.
    Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Reliabilitas dapat dibagi lagi menjadi :
    Reliabilitas Tes Re-Tes
Adalah seberapa besar derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.
    Reliabiltas Belah-Dua
Reliabiltas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, ang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat.

    Reliabilitas Rasional Ekuivalen
Reliabilitas ini tidak ditentukan menggunakan korelasi tetapi menggunakan estimasi konsistensi internal. Reliabilitas ini diukur menggunakan Kuder-Richardson, biasanya Formula-20 (KR-20) atau Formula-21 (KR-21). Kedua rumus ini hanya dapat dipakai untuk tes yang aitem-aitemnya diskor dikotomi, yaitu benar atau salah, 0 atau 1.
    Reliabilitas Penyekor/Penilai
Adalah reliabilitas dua atau lebih penyekor independen. Reliabilitas ini biasa ditentukan menggunakan teknik korelasi, tetapi juga dapat hanya dinyatakan dalam persentase kesepakatan.



Tugas
PENILAIAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA





Oleh

WAHAR NINA
A2D1 09163

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

sastra daerah

TUGAS
SASTRA DAERAH






OLEH
WAHAR NINA
 (A2D1 09163)


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Penulisan
1.4    Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tari
2.2 Tujuan dan Kajian Tari
2.3 Jenis Kajian Ilmiah Tari
2.4 Sejarah Tari
2.5 Kajian Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Tari
2.6 Kebudayaan Tari Dalam Daerah Khususnya Daerah Muna

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada kita semua sehingga penuisan makalah ini dapat kami susun sesuai dengan kemampuan dan dapat kami selesaikan sesuai waktu yang diberikan.
Makalah ini memuat beberapa hasi pemikiran dan penyajian atas beberapa permasalahan dalam kerangka ilmu tari yang akan dijelaskan sebagai salah satu kelompok ilmu yang pada intinya membahas dan mempelajari hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan budayanya.
Inilah sekilas tentang gambaran makalah ini. Semoga semua yang terhimpun disini dapat memperoleh tanggapan untuk penyempurnaanya, dan semoga berguna untuk mengisi kebutuhan akan beragam bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan berbagai mata kuliah yang ada.
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Budaya merupakan ciri khas setiap daerah dan ciri khas tersebut melekat pada diri-diri individu. Budaya antara daerah yang satu dengan yang lain tentulah berbeda. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain letak geografi, penahaman yang lahir dari setiap individu, dan kemampuan untuk bereksistensi bebas yang mampu melahirkan keunikan tersendiri.
Salah satu budaya yang ada di negara tercinta ini adalah tari. Budaya ini banyak digemari orang, alasanya karena memiliki nilai seni. Keberadaan tari di indonesia di lacak melalui sumber data pada himpunan arsip-arsip seperti yang terdapat di arsip nasional, arsip daerah, maupun arsip-arsip pribadi yang relevan.
Perkembangan dari dalam kurun waktu yang relatif singkat dapat pula dilakukan seperti yang terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian keberadaan tari bisa saja berubah berdasarkan bentuk dan ragamnya seiring dengan perkembangan zaman.

1.2    Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang ada, masalah-masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian tari itu sendiri?
2.    Apa tujuan dari kajian tari?
3.    Bagaimana jenis kajian ilmiah tari?
4.    Bagaimana sejarah tari?
5.    Bagaimana penerapan kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari?
6.    Bagaimana kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?



1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kajian penulisan makalah ini yaitu:
1.    Menjelaskan pengertian tari.
2.    Menjelaskan tujuan dari kajian tari.
3.    Menjelaskan jenis kajian ilmiah tari.
4.    Menjelaskan sejarah tari.
5.    Menjelaskan penerapan kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari.
6.    Menjelaskan tentang kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?

1.4    Manfaat penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka dapat di ambil manfaat, yaitu:
1.    Mampu menjelaskan pengertian tari.
2.    Mampu menjelaskan tujuan dari kajian ilmiah tari.
3.    Mampu menjelaskan jenis kajian ilmiah tari.
4.    Mampu menjelaskan sejarah tari.
5.    Mampu menjelaskan penerapan kajian kuantitatif dan kualintatif dalam tari.
6.    Mampu menjelaskan tentang kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tari
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan. Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus di internalisasikan.Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12).
Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus. Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21).
Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat. Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat. Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya. Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.

2.2 Tujuan dan Kajian Tari
Sebelum menjelaskan tentang  tujuan kajian tari maka, terlebih dahulu diuraikan pengertian tari. Tari menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerakan badan, tangan dan sebagainya yang berirama dan biasanya di iringi  dengan bunyi-bunyian seperti musik/gamelan, mengkaji tari dalam arti mempelajari dalam artian umum yang seluas-luasnya. Dapat mempunyai tiga tujuan:
1.    Untuk mengenal dan memahami tari sedemikian rupa sehingga seseorang dapat memahami suatu tarian ataupun suatu gaya tari dengan sebaik-baiknya. Penguasaan tekhnikyang benar disertai pemahaman akan nilai-nilai keindahan serta makna-makna simbolik yang mungkin terkandung dalam tari akan, dapat meningkatkan pengkhayatan tari pada si seniman maupun penikmatan tari pada apresiatornya.
2.    Mempelajari tari untuk mendapatkan apa yang disebut kebenaran ilmiah. Pencarian kebenaran ilmiah dengan tari sebagai subjek kajian itu pada giliranya dapat mempunyai peluang untuk menyumbangkan sesuatu bagi perkembangan ilmu secara umum.
3.    Tujuan penulisan kritik tari seorang penulis. Kritik tari harus mempunyai kepekaan seni yang cukup baik dan juga daya analisis yang kuat. Dengan bekal ilmu dan kepekaan itulah ia akan dapat membuat evaluasi sehingga dia menjadi guru tafsir yang berada diantara seniman dan khalayahawan.
2.3 Jenis Kajian Ilmiah Tari
Dilihat dari objek kajianya. Penelitian tari dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1.    Kajian atas substansi tari itu sendiri, yaitu gerak sebagai intinya disertai faktor-faktor penunjang berupa bunyi dan rupa. Dasar-dasar dari kajian ini dapat di letakan inti kajian tari pada umumnya.
2.    Kajian atas tari di lihat dari konteksnya. Kajian jenis ini bersifat sinkronis yaitu melihat tari dari segala faktor kehidupan yang melingkupinya yang terintegrasi dalam masyarakat yang berkaiatan dengan pelaku-pelaku dan berbagai kepentinganya.
3.    Kajian tari secara diakronis, yaitu yang dilihat adalah perkembangan-perkembangan, baik dilihat dari aspek bentuk maupun fungsinya.

2.4 Sejarah Tari
Kajian sejarah tari harus didasri oleh kemampuan dasar dalam metode penelitian sejarah.kemahiran untuk menelusuri sumber  serta melakukan kritik sumber perlu dimiliki oleh peneliti.itu berarti seorang peneliti sejarah tari harus punya kesiapan untuk melacak sumber datapada himpunan arsip- arsip,seperti yang terdapat di arsip   nasional. Arsip daerahmaupun arsip-arsippribadiyang relevan.demikian juga surat-surat ataupun keputusan- keputusan rapat pada lembaga-lembagayang berurusan dengan kehidupan tari dapat digunakan sebagai sumber  informasi,sepanjang relevan dengan pokok bahasan penelitian kajian sejarah tar juga dapat menggunakan  data kuno yang berupa benda-benda tinggalan masa lampau seperti  relief pada candi-candi.

2.5    kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari
pada umumnya, yang lebih banyak digunakan untuk kajian tari adalah pendekatan kuantitatif justru karena ssifat tari sebagai bentuk seni dan bnyak terkait dgn makna simbolik.sedangkan pendekatan kuantitatif misalnya melibatkan eksperimen kelas dalam rangka kajian tari pendidikan (EdoQational Danse).
Dalam hal menentukan pilihan antara kuantitatif dan kualitatif itu setiap peneliti harus lebih dahulu dibekali dengan pengetahuan akan ciri-ciri pokok  yang membedakan paradigma dari kedua pendekatan tersebut.

2.6    Kebudayaan Tari Dalam Daerah Khususnya Daerah Muna

Asal Muasal Tari Linda

Oleh Reza Mahendra S.P

Diposkan oleh Ishak Junaidy di Kamis, April 08, 2010 Alkisah Omputo (Raja Muna) sedang berburu. Diperkirakan di daerah Labora. Tanpa sengaja, Omputo menemukan para bidadari sedang bercengkerama diPantai Labora yang menawan.Ia memerhatikan para bidadari menaruh selendangnya di dahan dan ranting sebuah pohon. Dengan sengaja ia mengambil salah satu selendang secara diam-diam dan lalu sembunyi menunggu dari balik kerimbunan. Senja meninggalkan semburat jingga di ufuk barat. Para bidadari mengakhirkan senda guraunya hari itu. Tapi salah satu diantara mereka tidak bisa ikut terbang karena tidak bertemu selendangnya. Keburu malam, peri malang itu ditinggal seorang diri. Omputo menyeruak dari balik rerimbunan dan mengajaknya pulang. Sang Bidadari menolak dengan penjelasan bahwa dirinya bukan seperti manusia, ia makhluk yang berbeda dari dunia khayangan dan memiliki banyak pemali. Tapi Omputon bersikukuh bidadari itu harus diboyong. Tanpa selendang, sang Bidadari hanya bisapasrah. Ia pun diajak kepalaminan. Bidadari selanjutnya diberinama Wa Ode Fari. Ia bersedia diperisteri dengan satu syarat yaitu tidak boleh membuka penanak nasi ketika dirinya sedang memasak.Omputo tidak masalah.
Hari berganti, musim berubah. Mereka kemudian dikaruniai seorang putri . Dua tahun berlalu, ada masa panen, ada masa panceklik. Disaat orang lain mulai mengeluhkan kehabisan stok beras dilumbung, lumbung Omputo masih berlimpah. Omputo bingung. Teringat larangan isterinya pantang membuka penanak nasi, Omputo kembali tergugah penasaran. Ia merasa ada misteri dibalik kelakuan isterinya. Rasa ingin tahunya kali ini sangat besar.Suatu saat isterinya pergi mencuci usai mendudukan periuk nasi di tungku, ia nekad melanggar pantangan siterinya. Ia membuka penutup panci dan terkejut sebab di dalam periuk hanya berisi satu butir beras. Setelah mendidih, periuk secara ajaib penuh berisi nasi.
Keesokan harinya, Wa Ode Fari yang tidak tahu kejadian itu pergi ke dapur hendak menanak nasi. Ia menuang sebutir beras lalu menunggunya hingga matang. Tapi betapa terkejut setelah matang periuk tidak penuh seperti biasanya. Ia sadar, suaminya telah melanggar pantangan. Sejak terbongkarnya rahasia itu, Wa Ode Fari kehilangan kesaktian. Dan semenjak itu Wa Ode Fari harus menumbuk padi seperti layaknya manusia. Hari demi hari stok beras di lumbung terus berkurang. Pasokan padi di lumbung semakin tipis. Suatu pagi ketika Fari seperti biasa hendak mengangkat padi terakhir untuk ditumbuk, ia menemukan selendang di dasar lumbung, yang bertahun-tahun hilang darinya. Ia gembira sekaligus sedih. Meninggalkan seorang anak dan suami yang perlahan-lahan mulai dicintainya. Ia mulai merasakan keindahan menjadi manusia saat anaknya bermanja-manja penuh kemesraan. Tapi bagaimanapun, dunianya bukan disini. Maka ia berpamitan pada anak dan suaminya lalu terbang dengan sebongkah air mata berurai bertebaran di udara menjadi rintik hujan.
Dibawah kelam langit ditengah rinai hujan, anak dan suaminya menatap pilu kepergian itu dengan kesedihan mendalam. Omputo mengakui kelalaiannya namun terlambat menyadari mengapa tidak mematuhi pesan isterinya. Perpisahan seperti hari itu tidak pernah dibayangkan bakal terjadi. Konon sebelum beranjak terbang ke kahyangan, Wa Ode Fari sempat menari sambil mendendangkan nasihat dan petuah untuk anaknya dariudara. Sepeninggal ibunya, sang anak merasakan perbedaan yang mendalam. Ia kehilangan belai manja ibunya. Bagaimanapun berbeda sentuhan ibu dibanding ayah, terutama bagi jiwa kecil seorang anakberusiaduatahun.Dan itu membuat sang anak merindu. Ia sering tampak termenung sendiri. Di bawah pohon tempat terakhir dibunya masih terlihat. Ia masih mampu mengenang semuanya secara detail.
Suatu hari di siang bolong yang terik. Sang anak tak lagi merasakan teriknya matahari, rindu yang membakar lebih panas dari matahari di kepalanya. Di sana, dibawah pohon kenangan, sang anak tiba-tiba mengayunkan tubuhnya, meliuk-liuk, seperti gerak ibunya saat terakhir.Ia menari, menarikan tarian ibunya dari mula hingga akhir, tiada yang terlewatkan. Teman bermain yang menyaksikan belum pernah melihat tarian seindah itu. Takjub dan terpana, mereka hanya bisa bergerombol sambil terlongo. Sambil menari, sang anak mendendangkan lagu ibunya.“Dio Lakadandio,dandio lakadandio……..”Konon itulah asal muasal tari Linda dan nyaniannya. Tarian yang tidak pernah diketahui siapa penciptanya, dan lagu yang tidak pernah diketahui artinya. Belum ada yang mampu menerjemahkan bait nyanyian itu hingga kini.
Contoh gerakan tarianya:















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pada umumnya tari merupakan budaya masyarakat dan produk dari masyrakat itu sendri sehingga tari menjadi bagian dalam kehidupan mereka.budaya yang dimilikioleh setiap daerah melambangkan ciri khasnya.adapun dalam pengembanganya tari memiliki kajian-kajian tertentu yang bersifat subyektif tidak ilmiah dan obyektif /ilmiah.kajian tari juga behubungan dengan sendi-sendi kehidupan seperti nilai estetika,antropologi bahkan sosiologi.oleh karena itu ,keberadaan tari bukanlah hal tabudalam masyarakat melainkan menjadi bagian dalam kehidupan.

3.2    Saran
Dalam penulisan makalah ini tentulah mempunyai banyak kekurangan -kekurangan yang perlu dilengkapi oleh pembaca-pembacayang memiliki disiplin ilmu tentang pembahasan ini.oleh masukanya yang bersifat membangun sangat diharapkan.semoga bermanfaat untuk mengisi kebutuhanakan bacaan bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan pola pikir yang sejajar,selaras dan seimbang.










DAFTAR PUSTAKA

Sedyawati,Edi.1981.”Studi Sejarah Kesenian Indonesia Bidang Musik, teater, dan Tari.”Permasalahan Sejarah Tari,Khususnya dilihat pada Kasus Masa Jawa Kuno.
Sedywati,Edi.(Volume Editor).1998.Performing Arts,Indonesia Heritage Volume 8.Editions Didiet Millet.
http://ginawedya.multiply.com/journal/item/13?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2FitemIlham Idrus, ST Minggu, 14 Juni 2009 “Definisi Apresiasi Seni Tari”.


  


















jurnalistik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
        Media massa, khususnya televisi (TV) telah memasyarakat. Menurut KBBI (2001:919) televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya. Televisi sebagai pesawat sistem penyiaran gambar bergerak yang disertai bunyi merupakan media komunikasi modern. Televisi disebut sebagai media yang modern karena dirancang dengan menggunakan teknologi modern. Di dalam program acara televisi terdapat proses komunikasi, yakni terdapat proses pesan yang disampaikan dari sumber (TV) kepada penerima serta jalannya pesan melalui media massa (TV) dapat mempengaruhi masyarakat penerimanya.Di dalam komunikasi terdapat pesan yang disampaikan dan pesan tersebut merupakan informasi. Inilah yang dimaksud bahwa televisi sebagai media informasi.
        Televisi sebagai media informasi mempunyai dampak negatif dan dampak positif bagi masyarakat. Dampak negatif dan dampak positif tersebut berkaitan dengan program acara yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat dalam pembuatan acara televisi. Dampak negatif yang disebabkan oleh program acara televisi lebih menonjol daripada dampak positifnya. Hal inilah yang menjadi permasalahan, sehingga dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengurangi dampak negatif televisi. Permasalahan dan pencarian solusi yang tepat inilah yang menyebabkan penulis tergerak untuk membahas dampak televisi sebagai media informasi.



1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang ada, masalah-masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah karakteristik televisi?
2.    Bagaimana prinsip menulis untuk televisi?
3.    Bagaimana kode etik teevisi itu sendiri?

1.1    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.    Menjelaskan karakteristik televisi.
2.    Menjelaskan prinsip menulis untuk televisi.
3.    Menjelaskan tentang kode etik televisi.

1.2    Manfaat penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka dapat di ambil manfaat, yaitu:
1.    Mampu menjelaskan karakteristik televisi.
2.    Mampu menjelaskan prinsip menulis untuk televisi.
3.    Mampu menjelaskan tentang kode etik televisi.









BAB II

PEMBAHASAN

Televisi telah mampu menghipnotis khalayak pemirsa dengan kekuatan bahasa yang dimilikinya. Seperti ditegaskan Mcluhan, jangankan materi isinya, dengan kehadiran bentuk medianya saja, televisi televisi tela mempengaruhi sikap dan prilaku kita.Sebagian aktivitas kita, bahkan nyata-nyata telah dikendalikan televisi. Lewat sajian suara dan gambar sekaligus, televisi telah membawa kita tamasya ke semua tempat di dunia hanya dalam hitungan detik dan menit. Menulis untuk televisi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:1. Karakteristik Televisi 2. Prinsip Menulis Untuk Televisi 3. Kode Etik Televisi.

2.1    Karakteristik Televisi
a)    Bersifat tidak langsung
        Televisi adalah satu jenis dan bentuk media massa yang paling canggih dilihat dari sisi teknologi yang digunakan, dan paling mahal dilihat dari segi investasi yang ditanamkan. Televisi sangat bergantung pada kekuatan peralatan elektronik yang sangat rumit. Sifat padat teknologi dan padat modal inilah yang menyebabkan televisi sangat kompromistik dengan kepentingan pemilik modal serta nilai-nilai komersial arus kapitalisme global.

b)    Bersifat satu arah
        Menurut teori komunikasi massa, kita sebagai khalayak televisi bersifat aktif dan selektif. Jadi meskipun siaran televisi bersifat satu arah tidak berati kita pun menjadi pasif. Kita aktif mencari  acara yang kita inginkan. Kita selektif untuk tidak menonton semua acara yang ditayangkan.


c)    Bersifat terbuka
        Televisi ditujukan kepada masyarakat secara terbuka keberbagai tempat yang dapat dijangkau oleh daya pancar siaranya. Artinya, ketika siaran televisi mengudara, tidak ada lagi apa yang disebut pembatasan letak geografis, usia biologis, dan bahkan tingkatan akademis khalayak. Karena bersifat terbuka, upaya yang dapat dilakukan para pengelola televisi untuk mengurangi ekses yang timbul mengatur jam tayang acara. Ada yang pagi, siang, sore, malam, dan ada pula yang larut malam.

d)    Publik tersebar
        Khalayak televisi tidak berada di suatu wilayah, tetapi tersebar di berbagai wilayah dalam lingkup lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional.

e)    Bersifat selintas
        Pesan-pesan televisi hanya dapat dilihat dan didengar secara sepintas. Siaranya tidak dapat dilihat dan didengar ulang oleh pemirsa kecuali dalam hal-hal khusus seperti pada adegan ulang secara lambat atau dengan alat khusus seperti perekam video cassette recorder(VCR). Sifatnya yang hanya dapat dilihat sepintas ini, sangat mempengaruhi cara-cara penyampaian pesan. Selain harus menarik, bahasa pesan yang disampaikan televisi harus mudah dimengerti dan dicerna oleh khalayak pemirsa tanpa menimbulkan kebosanan (Wahyudi, 1986:3-4).

2.2    Prinsip Menulis Untuk Televisi
        Menulis untuk televisi Pada dasarnya untuk mata dan telinga sekaligus. Gambar boleh bagus, tajam, dan kontras. Tetapi kalau tidak disertai suara atau kata-kata, maka tetap saja gambar itu hanya layak disebut gambar bisu. Bahasa televisi, dirancang secara teknis untuk memadukan gambar, kata-kata dan suara sekaligus pada saat bersamaan. Morissan(2005:90-111) misalnya, dalam jurnalistik televisi mutakhtir memaparkan 15 prinsip penulisan naskah ber
ita televisi agar sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik, yaitu sebagai berikut:

a)    Gaya ringan bahasa sederhana.
        Tulislah naskah dengan gaya yang ringan dan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dengan singkat dan mudah. Suatu berita mungkin mengandung informasi yang rumit, namun tugas reporter untuk menyederhanakan informasi itu sehingga mudah dimengerti tanpa harus kehilngan maksud dan tujuannya.

b)    Gunakan prisip ekonomi kata.
        Prisip ekonomi kata adalah prinsip penggunaan kata-kata secara efektif dan efisien. Penggunaan kata dan kalimat tidak boleh berlebihan, yaitu hanya sebatas yang diperlukan untuk bisa menyampaikan informasi yang sejelas mungkin.

c)    Gunakan ungkapan lebih pendek.
        Gunakan kata atau ungkapan yang lebih pendek, contoh menggelar aksi unjuk rasa diganti dengan berunjuk rasa atau berdemonstrasi.

d)    Gunakan kata sederhana.
        Naskah televisi harus bisa dengan mudah dimengerti oleh orang yang memiliki kosakata yang terbatas, karena itu digunakan kata atua ugkapan sederhana sehingga dapat didengar masyarakat luas.

e)    Gunakan kata sesuai kontek.
        Gunakan kata sesuai dengan kebiasaan memperhatikan konteks penggunaanya, khususnya dalam berita yang terkait dalam hukum.

f)    Hindari ungkapan bombastis.
        Hindari ungkapan yang biasa, hiperbola atau bombastis. Contohnya, hancur, berantakan, ludes dilalap si jago merah, luluh lantak, gegap- gempita, hilang tak berkekas, pecah bekeping-keping, segudang pengalaman, sejuta persoalan, terkejut setengah mati.

g)    Hindari istilah teknik tidak dikenal.
        Sebisa mungkin hindari singkatan atau atau istilah teknik birokratis, yuridis, dan militerisik yang tidak umum dikenal, kecuali yang sudah sangat umum digunakan masyarakat. Jika kata-kata tersebut terpaksa digunakan, serta penjelasannya. Contoh: JPU(jaksa penuntut umum), BKO( bawah koordinasi operasi).

h)    Hindari ungkapan klise dan eufemisme.
        Hindari ungkapan klise dan eufemisme yang bisa menyesatkan. Untuk ungkapan klise, contoh: memasyaratkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, si jago merah, buah simalakama, bertekuk lutut. Untuk eufemisme contohnya: penyesuaian harga, (kenyataanya kenaikan harga), diamankan (kenyataanya ditahan).

i)    Gunakan kalimat tutur.
        Kalimat-kalimat yang terdapat pada naskah berita hendaknya merupakan kalimat tutur atau percakapan yang akrab dan santai. Namun bukan percakapan yang acak-acakan gramatikanya dan tidak akurat seperti sering terjadi dalam percakapan pasar.

j)    Reporter harus objektif.
        Kalimat berita haruslah objektif. Dalam menyampaikan atau menulis pernyataan sumber, reporter tidak boleh terkesan terlibat atau larut dalam retorika sumber. Reporter harus tetap sebagai pemantau yang netral dan objektif.

k)    Jangan mengulangi informasi.
        Jangan mengulangi informasi yang sudah disampaikan dalam intro kebagian lain dari naskah berita. Kesalahan ini sering dilakukan reporter pemula. Yang perlu diingat bahwa naskah berita itu dimulai dari kata pertama intro hingga kata terakhr dibagian penutup berita.

l)    Istilah harus diuji kembali.
        Istilah-istilah harus terus-menurus diuji kembali apakah masih relevan dan kontekstual dengan situasi yang berkembang. Seperti istilah di negara dunia ketiga a(third world countries) dulu sering digunakan oleh media barat. Namun kini istilah itu telah digantikan dengan istilah negara yang berkembang (developing countries).

m)     Harus kalimat aktif dan terstruktur.
        Kalimat berita haruslah kalimat aktif, yaitu siapa melakukan apa dan siapa mengatakan apa. Setiap kalimat pada naskah berita hendaknya mengikuti struktur subjek-objek-predikat.

n)    Jangan terlalu banyak angka.
        Jagan terlalu banyak meletakan angka dalam suatu kalimat, kecuali diberikan grafik khusus agar penonton dapat mencerna informasi yang didengarnya.

o)    Hati-hatilah mencantumkan jumlah korban.
        Jika mendapatkan berita yang sangat penting mengenai bencana atau kerusuhan yang harus segera disiarkan, maka berhati-hatilah ketika mencantumkan jumlah korban atau kerugian. Beberapa penulis bahkan cenderung mengambil versi jumlah korban yang tertinggi untuk mendramatisasi berita, dan ini adalah tindakan yang kurang bertanggung jawab.

2.3    Kode Etik Televisi
a)    Prinsip jurnalistik
        Pada pasal 9 dikemukakan dua hal. Pada ayat (1) ditegaskan, lembaga penyiaran harus menyajikan informasidalam program faktualdengan senatiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan dan  ketidakberpikkan (imparsialitas). Sedangkan pada pasal (2) dinyatakan, lembaga penyiaran wajib menggunakan bahasa indonesia yang baku, baik tertulis maupun lisan, khususnya dalam program berita berbahasa indonesia. Tordan alelevisi punya kewajiban dan tanggung jawab moral serta profesional untuk selalu meng iniguna kan bahasa jurnalistik yang benar dan baik. Televisi sebagai media yang paling banyak pemirsanya dan paling lam di tonton dibandingkan dengan media massa lain, mengemban fungsi edukasi kebangsaan yang harus dilaksanakan secara konsisten.

b)    Akurasi
        Dalam progaram faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajiakn informasi yang akurat. Sebelum menyiarkan fakta, lembaga penyiaran har,us memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Bila lembaga penyiaran yang belum dapatmemperoleh informasi dari pihak yang belum dapat dipastikan kebenarannya, lembaga penyiaran harus menjelaskan kepada pihak khalayak bahwa informasi itu versi berdasarkan sumber tertentu tersebut.
        ketentuan ini menekankan. Betapa media televisi harus dikelolah oleh tenaga-tenaga profesional yang tunduk kepada kaidah yang yuridis dan kode etik. Mereka tidak boleh didikte oleh kekuatan pemilik modal tetapi kemudian melupakan tanggungjawab moral sosialnya. Mereka memiliki hati nurani. Kreatif dan inovatif.yang bermanfaatkan bagi masyarakat. Televisi, semacam lembaga mainan. Se,iap pesan yang disiarkannya harus benar dan dapat dipertanggunjawabkan. Masyarakat kita sudah kritis. Informasi yang tidak akurat apalagi yang menyasetkan, harus dibuang jauh-jauh dari program televisi dan media massa lainnya.
        Pada ayat keempat, kelima, dan keenam, ditekankan tentang sumber materi siaran,tentang verifikasi, dan tentang kewajiban koreksi. Bunyi ketiga ayat tersebut sebagai berikut “Bila lembaga penyiran menggunakan materi siaran yang  diperoeh dari pihak lain, misalnya dari kantor berita asing, lembaga penyiaran wajib menjelaskan identitas sumber materi siaran tersebut, kepada khalayak. Saat siaran langsung, lembaga penyiaran harus waspada terhadap kemungkinan narasumber melontarkan pernyataan tanpa bukti atau belum bisa dipertanggung jawabkan kebenaranya, dan pembawa acara harus melakukan verifikasi atau meminta penjelasan lebih lanjut tentang fakta yang disampaikan narasumber atau persiapan tersebut.Lembaga penyiaran wajib segera menyiarkan koreksi apabila mengetahui telah menyajikan informasi yang tidak akurat.”

c)    Adil
        Tema ayat tertuang dalam pasal 11 yang meliputi enam ayat. Karena semua relevan, maka keenam ayat itu kita kutip dan dibahas disini. Ayat pertama, kedua, ketiga, masing-masing berbicara tentang informasi tidak lengkap,potongan gambar dan suara, dan tentang kewajiban memberi  penjelasan  kepada khalayak saat pengambila potongan gambar dan suara. Berikut bunyi ketiga ayat tersebut ”Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan footage atau potongan gambar dan atau potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil sertarkan tidak merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan. Bila sebuah program  potongan gambar dan atau potongan suara yang berasal dari acara lain, lembaga penyiaran wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan gambar dan atau potongan suara tersebut.”
        Ketentuan pada ketiga ayat tersebut hendak menegaskan beberapa hal. Pertama tabu hukumnya bagi televisi untuk menyiarkan informasi yang tidak lengkap, apalag kalau informasi itu tidak adil. Kedua, televisi harus bekerja secara hati-hati serta proporsional.  pesan yang akan disiarkan harus dilihat dalam sudut pandang yang benih-jernih. Artinya tidketigak ada niat tersembunyi yang tidak  elok dan patut. Ketiga, televisi harus jujur pada dirinya dan terhadap khalayak pemirsa.
        Ayat keempat, kelima, dan ayat keenam, masing-masing berbicara tentang penyebutan terhadap orang-orang yang berperkara dalam hukum, kewajiban menyamarkan identitas tersangka, dan kewajiban media televisi menyiarkan hak jawab seseorang  yang mersa dirugikan akibat tayangan suatu program acara. Berikut bunyi ayat keempat, kelima dan keenam tersebut “Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan hukum lembaga penyiaran harus menyamarkan identitas (termasuk menyamarkan wajah) tersangka,kecuali identitas tersangka memang sudah terpublikasi dan dikenal secara luas. Jika sebuah program acara memuat informasi yang mengundang kritik yang menyerang  atau merusak citra seseorang atau sekelompok orang. Pihak lembaga penyiaran wajib mentediahkan kesempatan dalam waktu yang pantas dan setara bagi pihak yang dikritik untuk memberikan komentar atau argumen balik terhadap kritikan yang diarahkan kepadanya.”

d)    Tidak berpihak (netral)
        Tema tentang tidak berpihak atau sikap netral, tertuang dalam pasal 12 yang mencakup tiga ayat. Dari tiga ayat itu, dua ayat diantaranya kita kutip dan bahas disini. Ayat pertama berbicara tentang fakta objektif, ayat kedua menyinggung indenpendensi pimpinan redaksi dan tanpa tekanan. ketika menyiarkan suatu berita. Bunyi kedua ayat itu sebagai berikut “Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publk, lembaga penyiaran harus  menyajikan berita fakta dan opini secara objektif dan secara berimbang.”
        Pimpinan redaksi harus memiliki indenpendensi untuk menyajikan berita dengan objekfif,tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan ,pemodal atau pemilik lembaga penyiaran. Ketentuan pada kedua ayat ini hendak mengingatkan beberapa hal supaya senantiasa dijadikan rujukan oleh para pengelolah televisi terutama reporter dan editor.Pertama,dalam hal apa pun,kapan pun, di mana pun,dan terhadap siapa pun.Media televisi harus tetap objektif dan berimbang. Kedua pimpinan redaksi,haruslah orang  atau orang-orang yang memilki kapasitas dan integritas tinggi.Hanya dengan demikian, dia atau mereka tidak akan pernah tunduk pada tuntutan yang berada  diluar koridor profesi,idealisme, dan integritas dirinya.

e)    Privasi
        Pembahasan tentang privasi hanya dituangkan dalam satu pasal sebagaimana terdapat dan privasi (atas kehidupan pribadi dan ruang pribadi) subjek dan objek berita. Pasal ini sejalan dengan pendapat pakar hukum Oemar Seno Adji tentang kemerdekaan pers dalam salah satu karya klasiknya, Mass Media dan Hukum (1977) . Kemerdekaan pers, tulis Oemar , harus diartikan sebagai kemerdekaan untuk mempuyai dan menyatakan pendapat dan bukan kemerdekaan untuk memperoleh alat-alat dari expression seperti dikemukakan oleh negara-negara sosialis.bebas jiban kebebasan dalam lingkungan batas-batas tertentu dengan syarat-syarat limitif dalam. Seperti oleh hukum nasional, hukum internasional, dan ilmu hukum. Kemerdekaan pers dibimbing oleh rasa tanggung jawab, dan membawa kewajiban-kewajiban (Adji, 1977: 102-104 dalam Sumadina, 2005:128).

f)    Pecegatan  (Doorstopindoorstoping)
        Ketentuan tentang pencegatan ( doorstoping ) dituangkan dalam pasal 22 tanpa dijabarkan dalam ayat-ayat . Bunyinya sebagai berikut “Pencegatan adalah tindakan menghadang narasumber tanpa  perjanjian untuk ditanya atau diambil gambarnya. Dalam hal ini, lembaga penyiaran harus mengikuti ketentuan sebagai berikut. Lembaga penyiaran hanya dapat  melakukan pencegatan diruang  publik.  Lembaga penyiaran dapat melakukan pencegatan selama itu tidak melibatkan upaya memaksa atau mengintimidasi narasumber. Lembaga penyiaran harus menghormati untuk tidak menjawab atau tidak berkomentar.”
        Jelas sudah ketentuan ini sangat menuntut kesungguhan profesioanalisme dan sikap etis kalangan jurnalis. Tanpa pemahaman sekaligus pengamatan atas profesionalime dan kode etik jurnalistik secara taat asas (konsisten), ketentuan ini akan cenderung akan selalu dilanggar oleh para jurnalis. Apalagi tingkat persaingan antarmedia, terutama media informasi hiburan televisi (television  infotainment) , dewasa ini sangat keras tajam. Berdasarkan hasil survei, tayangan jes ini ternyata disukai pemiras, walau materi isinya banyak yang masuk dalam kategori “remeh-temeh”. Seorang  pakar komunikasi dari Bandung  bahkan menyebutnya sebagai informasi sampah (junk food new).

g)    Eksploitasi Seks
        Eksploitasi seks tertuang dalam pasal 44 yang mencakup empat ayat. Dari empat ayat itu tiga ayat diantaranya kita kutip dan bahas disini. Ayat pertama menyinggung tentang lagu dan klip bermuatan seks, ayat kedua berkaitan dengan adegan tarian atau lirik sensual, dan ayat ketiga mempersoalkan adegan atau lirik yang bernada merendahkan perempuan. Bunyi ketiga ayat tersebut sebagai berikut “Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan klip video berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual atau memberikan kesan hubungan seks. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program adaegan dan atau lirik yang dapat dipandang  merendahkan perempuan menjadi sekedar objek seks.”
        Dalam buku lain, ia menegaskan, seks diseluruh dunia sudah menjadi komoditas industri. Seks dalam segala dimensi dan dan implikasi, dieksploitasi habis-habisan oleh industri media. Berbagai dalil  dan argumen dikemukakan, antara lain sudah dianggap wilayah sosial yang boleh dibicarakan atau bahkan ditonjolkan secara terbuka dan diruang –ruang terbuka  pula.

h)    Kata-kata kasar dan makian
        Kententuan dan kata-kata kasar dan makian tertuang dalam pasal 52 yang mencakup dua ayat: ayat pertama tentang penggunaan kata-kata kasar, dan ayat kedua mengenai cakupan bahasa yang menyiarkan kata-kata kasar dan makian itu, baik secara verbal mauoun nonverbal. Bunyi kedua ayat tersebut sebagai berikut “lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan penggunaan bahasa  atau kata-kata makian yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok, mesum, cabul, vulgar, serta menghina agama dan tuhan. Kata-kata kasar dan makian yang dilarang disiarkan mencakup kata-kata dalam bahasa indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah, baik diungkapkan secara verbal maupun nonverbal.”















BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
        Munculnya media televisi sebagai media elektronik memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari dan menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi bagi masyarakat. Televisi (TV) memiliki kelebihan tersendiri dengan gambar bergeraknya, karena khalayak cenderung menggunakan media TV sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan sehingga membuat informasi dan pesan yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya. Berbicara mengenai isi acara televisi, beragam acara pun telah dihadirkan oleh televisi kepada khalayaknya. Mulai dari tayangan film, sinetron, reality show, komedi situasi, talk show, berita, iklan maupun beragam tayangan internasional.

3.2 Saran
        Dengan adanya penulisan jurnal ini diharapkan dapat membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui lebih jauh mengenai penulisan berita untuk televisi. Dalam penulisan jurnal ini tentulah mempunyai banyak kekurangan-kekurangan yang perlu dilengkapi oleh pembaca-pembaca yang memiliki disiplin ilmu tentang pembahasan ini. Oleh masukanya yang bersifat membangun sangat diharapkan, semoga bermanfaat untuk mengisi kebutuhan akan bacaan bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan pola pikir yang sejajar, selaras, seimbang dan yang menyukai penulisan jurnalistik.







DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 2004. "Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi". Yogyakarta:                    Media Abadi.
Divo Bius nggemar Jakarta", dalam "Seputar Indonesia", Rabu, 21 Februari 2007.                 Hlm. 16.





















TUGAS
PENGANTAR JURNALISTIK






OLEH
WAHAR NINA
(A2D1 09163)


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
 
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Penulisan
1.4    Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Televisi
2.2 Prinsip Menulis Untuk Televisi
2.3 Kode Etik Televisi

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA







KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada kita semua sehingga penuisan makalah ini dapat saya susun sesuai dengan kemampuan dan dapat terlesaikan sesuai waktu yang diberikan.
Dan tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah maembantu hingga terselesainya makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam rangka menulis jurnalistik yang baik, terutama penulisan jurnalistk untuk televisi.