SELAMAT DATANG

Rabu, 23 Mei 2012

sastra daerah

TUGAS
SASTRA DAERAH






OLEH
WAHAR NINA
 (A2D1 09163)


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Penulisan
1.4    Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tari
2.2 Tujuan dan Kajian Tari
2.3 Jenis Kajian Ilmiah Tari
2.4 Sejarah Tari
2.5 Kajian Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Tari
2.6 Kebudayaan Tari Dalam Daerah Khususnya Daerah Muna

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada kita semua sehingga penuisan makalah ini dapat kami susun sesuai dengan kemampuan dan dapat kami selesaikan sesuai waktu yang diberikan.
Makalah ini memuat beberapa hasi pemikiran dan penyajian atas beberapa permasalahan dalam kerangka ilmu tari yang akan dijelaskan sebagai salah satu kelompok ilmu yang pada intinya membahas dan mempelajari hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan budayanya.
Inilah sekilas tentang gambaran makalah ini. Semoga semua yang terhimpun disini dapat memperoleh tanggapan untuk penyempurnaanya, dan semoga berguna untuk mengisi kebutuhan akan beragam bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan berbagai mata kuliah yang ada.
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Budaya merupakan ciri khas setiap daerah dan ciri khas tersebut melekat pada diri-diri individu. Budaya antara daerah yang satu dengan yang lain tentulah berbeda. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain letak geografi, penahaman yang lahir dari setiap individu, dan kemampuan untuk bereksistensi bebas yang mampu melahirkan keunikan tersendiri.
Salah satu budaya yang ada di negara tercinta ini adalah tari. Budaya ini banyak digemari orang, alasanya karena memiliki nilai seni. Keberadaan tari di indonesia di lacak melalui sumber data pada himpunan arsip-arsip seperti yang terdapat di arsip nasional, arsip daerah, maupun arsip-arsip pribadi yang relevan.
Perkembangan dari dalam kurun waktu yang relatif singkat dapat pula dilakukan seperti yang terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian keberadaan tari bisa saja berubah berdasarkan bentuk dan ragamnya seiring dengan perkembangan zaman.

1.2    Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang ada, masalah-masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian tari itu sendiri?
2.    Apa tujuan dari kajian tari?
3.    Bagaimana jenis kajian ilmiah tari?
4.    Bagaimana sejarah tari?
5.    Bagaimana penerapan kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari?
6.    Bagaimana kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?



1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kajian penulisan makalah ini yaitu:
1.    Menjelaskan pengertian tari.
2.    Menjelaskan tujuan dari kajian tari.
3.    Menjelaskan jenis kajian ilmiah tari.
4.    Menjelaskan sejarah tari.
5.    Menjelaskan penerapan kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari.
6.    Menjelaskan tentang kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?

1.4    Manfaat penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka dapat di ambil manfaat, yaitu:
1.    Mampu menjelaskan pengertian tari.
2.    Mampu menjelaskan tujuan dari kajian ilmiah tari.
3.    Mampu menjelaskan jenis kajian ilmiah tari.
4.    Mampu menjelaskan sejarah tari.
5.    Mampu menjelaskan penerapan kajian kuantitatif dan kualintatif dalam tari.
6.    Mampu menjelaskan tentang kebudayaan tari dalam daerah khususnya daerah muna?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tari
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan. Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus di internalisasikan.Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12).
Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus. Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21).
Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat. Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat. Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya. Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.

2.2 Tujuan dan Kajian Tari
Sebelum menjelaskan tentang  tujuan kajian tari maka, terlebih dahulu diuraikan pengertian tari. Tari menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerakan badan, tangan dan sebagainya yang berirama dan biasanya di iringi  dengan bunyi-bunyian seperti musik/gamelan, mengkaji tari dalam arti mempelajari dalam artian umum yang seluas-luasnya. Dapat mempunyai tiga tujuan:
1.    Untuk mengenal dan memahami tari sedemikian rupa sehingga seseorang dapat memahami suatu tarian ataupun suatu gaya tari dengan sebaik-baiknya. Penguasaan tekhnikyang benar disertai pemahaman akan nilai-nilai keindahan serta makna-makna simbolik yang mungkin terkandung dalam tari akan, dapat meningkatkan pengkhayatan tari pada si seniman maupun penikmatan tari pada apresiatornya.
2.    Mempelajari tari untuk mendapatkan apa yang disebut kebenaran ilmiah. Pencarian kebenaran ilmiah dengan tari sebagai subjek kajian itu pada giliranya dapat mempunyai peluang untuk menyumbangkan sesuatu bagi perkembangan ilmu secara umum.
3.    Tujuan penulisan kritik tari seorang penulis. Kritik tari harus mempunyai kepekaan seni yang cukup baik dan juga daya analisis yang kuat. Dengan bekal ilmu dan kepekaan itulah ia akan dapat membuat evaluasi sehingga dia menjadi guru tafsir yang berada diantara seniman dan khalayahawan.
2.3 Jenis Kajian Ilmiah Tari
Dilihat dari objek kajianya. Penelitian tari dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1.    Kajian atas substansi tari itu sendiri, yaitu gerak sebagai intinya disertai faktor-faktor penunjang berupa bunyi dan rupa. Dasar-dasar dari kajian ini dapat di letakan inti kajian tari pada umumnya.
2.    Kajian atas tari di lihat dari konteksnya. Kajian jenis ini bersifat sinkronis yaitu melihat tari dari segala faktor kehidupan yang melingkupinya yang terintegrasi dalam masyarakat yang berkaiatan dengan pelaku-pelaku dan berbagai kepentinganya.
3.    Kajian tari secara diakronis, yaitu yang dilihat adalah perkembangan-perkembangan, baik dilihat dari aspek bentuk maupun fungsinya.

2.4 Sejarah Tari
Kajian sejarah tari harus didasri oleh kemampuan dasar dalam metode penelitian sejarah.kemahiran untuk menelusuri sumber  serta melakukan kritik sumber perlu dimiliki oleh peneliti.itu berarti seorang peneliti sejarah tari harus punya kesiapan untuk melacak sumber datapada himpunan arsip- arsip,seperti yang terdapat di arsip   nasional. Arsip daerahmaupun arsip-arsippribadiyang relevan.demikian juga surat-surat ataupun keputusan- keputusan rapat pada lembaga-lembagayang berurusan dengan kehidupan tari dapat digunakan sebagai sumber  informasi,sepanjang relevan dengan pokok bahasan penelitian kajian sejarah tar juga dapat menggunakan  data kuno yang berupa benda-benda tinggalan masa lampau seperti  relief pada candi-candi.

2.5    kajian kuantitatif dan kualitatif dalam tari
pada umumnya, yang lebih banyak digunakan untuk kajian tari adalah pendekatan kuantitatif justru karena ssifat tari sebagai bentuk seni dan bnyak terkait dgn makna simbolik.sedangkan pendekatan kuantitatif misalnya melibatkan eksperimen kelas dalam rangka kajian tari pendidikan (EdoQational Danse).
Dalam hal menentukan pilihan antara kuantitatif dan kualitatif itu setiap peneliti harus lebih dahulu dibekali dengan pengetahuan akan ciri-ciri pokok  yang membedakan paradigma dari kedua pendekatan tersebut.

2.6    Kebudayaan Tari Dalam Daerah Khususnya Daerah Muna

Asal Muasal Tari Linda

Oleh Reza Mahendra S.P

Diposkan oleh Ishak Junaidy di Kamis, April 08, 2010 Alkisah Omputo (Raja Muna) sedang berburu. Diperkirakan di daerah Labora. Tanpa sengaja, Omputo menemukan para bidadari sedang bercengkerama diPantai Labora yang menawan.Ia memerhatikan para bidadari menaruh selendangnya di dahan dan ranting sebuah pohon. Dengan sengaja ia mengambil salah satu selendang secara diam-diam dan lalu sembunyi menunggu dari balik kerimbunan. Senja meninggalkan semburat jingga di ufuk barat. Para bidadari mengakhirkan senda guraunya hari itu. Tapi salah satu diantara mereka tidak bisa ikut terbang karena tidak bertemu selendangnya. Keburu malam, peri malang itu ditinggal seorang diri. Omputo menyeruak dari balik rerimbunan dan mengajaknya pulang. Sang Bidadari menolak dengan penjelasan bahwa dirinya bukan seperti manusia, ia makhluk yang berbeda dari dunia khayangan dan memiliki banyak pemali. Tapi Omputon bersikukuh bidadari itu harus diboyong. Tanpa selendang, sang Bidadari hanya bisapasrah. Ia pun diajak kepalaminan. Bidadari selanjutnya diberinama Wa Ode Fari. Ia bersedia diperisteri dengan satu syarat yaitu tidak boleh membuka penanak nasi ketika dirinya sedang memasak.Omputo tidak masalah.
Hari berganti, musim berubah. Mereka kemudian dikaruniai seorang putri . Dua tahun berlalu, ada masa panen, ada masa panceklik. Disaat orang lain mulai mengeluhkan kehabisan stok beras dilumbung, lumbung Omputo masih berlimpah. Omputo bingung. Teringat larangan isterinya pantang membuka penanak nasi, Omputo kembali tergugah penasaran. Ia merasa ada misteri dibalik kelakuan isterinya. Rasa ingin tahunya kali ini sangat besar.Suatu saat isterinya pergi mencuci usai mendudukan periuk nasi di tungku, ia nekad melanggar pantangan siterinya. Ia membuka penutup panci dan terkejut sebab di dalam periuk hanya berisi satu butir beras. Setelah mendidih, periuk secara ajaib penuh berisi nasi.
Keesokan harinya, Wa Ode Fari yang tidak tahu kejadian itu pergi ke dapur hendak menanak nasi. Ia menuang sebutir beras lalu menunggunya hingga matang. Tapi betapa terkejut setelah matang periuk tidak penuh seperti biasanya. Ia sadar, suaminya telah melanggar pantangan. Sejak terbongkarnya rahasia itu, Wa Ode Fari kehilangan kesaktian. Dan semenjak itu Wa Ode Fari harus menumbuk padi seperti layaknya manusia. Hari demi hari stok beras di lumbung terus berkurang. Pasokan padi di lumbung semakin tipis. Suatu pagi ketika Fari seperti biasa hendak mengangkat padi terakhir untuk ditumbuk, ia menemukan selendang di dasar lumbung, yang bertahun-tahun hilang darinya. Ia gembira sekaligus sedih. Meninggalkan seorang anak dan suami yang perlahan-lahan mulai dicintainya. Ia mulai merasakan keindahan menjadi manusia saat anaknya bermanja-manja penuh kemesraan. Tapi bagaimanapun, dunianya bukan disini. Maka ia berpamitan pada anak dan suaminya lalu terbang dengan sebongkah air mata berurai bertebaran di udara menjadi rintik hujan.
Dibawah kelam langit ditengah rinai hujan, anak dan suaminya menatap pilu kepergian itu dengan kesedihan mendalam. Omputo mengakui kelalaiannya namun terlambat menyadari mengapa tidak mematuhi pesan isterinya. Perpisahan seperti hari itu tidak pernah dibayangkan bakal terjadi. Konon sebelum beranjak terbang ke kahyangan, Wa Ode Fari sempat menari sambil mendendangkan nasihat dan petuah untuk anaknya dariudara. Sepeninggal ibunya, sang anak merasakan perbedaan yang mendalam. Ia kehilangan belai manja ibunya. Bagaimanapun berbeda sentuhan ibu dibanding ayah, terutama bagi jiwa kecil seorang anakberusiaduatahun.Dan itu membuat sang anak merindu. Ia sering tampak termenung sendiri. Di bawah pohon tempat terakhir dibunya masih terlihat. Ia masih mampu mengenang semuanya secara detail.
Suatu hari di siang bolong yang terik. Sang anak tak lagi merasakan teriknya matahari, rindu yang membakar lebih panas dari matahari di kepalanya. Di sana, dibawah pohon kenangan, sang anak tiba-tiba mengayunkan tubuhnya, meliuk-liuk, seperti gerak ibunya saat terakhir.Ia menari, menarikan tarian ibunya dari mula hingga akhir, tiada yang terlewatkan. Teman bermain yang menyaksikan belum pernah melihat tarian seindah itu. Takjub dan terpana, mereka hanya bisa bergerombol sambil terlongo. Sambil menari, sang anak mendendangkan lagu ibunya.“Dio Lakadandio,dandio lakadandio……..”Konon itulah asal muasal tari Linda dan nyaniannya. Tarian yang tidak pernah diketahui siapa penciptanya, dan lagu yang tidak pernah diketahui artinya. Belum ada yang mampu menerjemahkan bait nyanyian itu hingga kini.
Contoh gerakan tarianya:















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pada umumnya tari merupakan budaya masyarakat dan produk dari masyrakat itu sendri sehingga tari menjadi bagian dalam kehidupan mereka.budaya yang dimilikioleh setiap daerah melambangkan ciri khasnya.adapun dalam pengembanganya tari memiliki kajian-kajian tertentu yang bersifat subyektif tidak ilmiah dan obyektif /ilmiah.kajian tari juga behubungan dengan sendi-sendi kehidupan seperti nilai estetika,antropologi bahkan sosiologi.oleh karena itu ,keberadaan tari bukanlah hal tabudalam masyarakat melainkan menjadi bagian dalam kehidupan.

3.2    Saran
Dalam penulisan makalah ini tentulah mempunyai banyak kekurangan -kekurangan yang perlu dilengkapi oleh pembaca-pembacayang memiliki disiplin ilmu tentang pembahasan ini.oleh masukanya yang bersifat membangun sangat diharapkan.semoga bermanfaat untuk mengisi kebutuhanakan bacaan bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan pola pikir yang sejajar,selaras dan seimbang.










DAFTAR PUSTAKA

Sedyawati,Edi.1981.”Studi Sejarah Kesenian Indonesia Bidang Musik, teater, dan Tari.”Permasalahan Sejarah Tari,Khususnya dilihat pada Kasus Masa Jawa Kuno.
Sedywati,Edi.(Volume Editor).1998.Performing Arts,Indonesia Heritage Volume 8.Editions Didiet Millet.
http://ginawedya.multiply.com/journal/item/13?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2FitemIlham Idrus, ST Minggu, 14 Juni 2009 “Definisi Apresiasi Seni Tari”.


  


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar