SELAMAT DATANG

Rabu, 01 Agustus 2012

ANAKES PADA KORAN



A.Pembuka
Surat kabar merupakan salah satu media massa yangmenggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peranan surat kabar dalam pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesiasangatlah besar. Bahkan pembentukan dan pemakaian istilah baru serta pemasyarakatannya sering kali banyak dipengaruhi juga oleh surat kabar. Andaikan semua media massa surat kabar menggunakanBahasa Indonesia baku yaitu bahasa jurnalistik yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia terutama ragam tulis menjadi kenyataan, niscayamedia akan berperan sebagai guru bahasa.
Media massa cetak merupakan sumber informasi yang disajikankepada masyarakat dalam bentuk teks. Menurut Tholson (2006 : 9), terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan dalam membuat tekstersebut, diantaranya : interactivity, performativity,danliveliness. (1) Interactivityberarti penulis teks dituntut untuk memilih kata yangsesuai sehingga terjalin hubungan antara penulis dan pembaca dalam rangka penyempaian makna. (2) Performativity berarti penulisan teks harus memperhatikan penampilan bahasa yang disampaikan, sehingga menarik orang yang membacanya. (3) Liveliness berarti pilihan kata harus dapat menghidupkan suasana yang ditandai adanya respon dari pembaca. Tentunya menyajikan berita dalam bentuk teks memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi dari pada melalui media elektronik. Penulis harus benar-benar lihai dalam memilih kata yang ekspresif, sehingga apa yang disampaikan benar-benar dapat diterima sepenuhnya.Media massa cetak mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi publik. Ini memungkinkan media massa cetak memiliki kepribadian ganda. Pertama, memberikan dampak positif kepada publik. Kedua,memberikan dampak negatif. Bahkan, media yang memiliki peranansebagai alat untuk menyampaikan informasi dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.
Namun, dewasa ini muncul kecenderungan dari media surat kabar untuk bersikap negatif terhadap Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari aktivitas kebahasaan yang ada. Mereka seakan lebihbangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan Bahasa Indonesia walaupun sebenarnya situasi dan kondisi saat itu tidakmemungkinkan. Apabila bahasa yang dipergunakan dalam surat kabartersebut dikritik dan disalahkan, mereka berkilah bahwa gaya bahasa jurnalistik berbeda dengan kaidah Bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya gaya bahasa jurnalistik dalam penggunaan Bahasa Indonesia sangat berbeda konteks. Akibatnya peran surat kabarsebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagimasyarakat menjadi sulit terwujud, karena kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi justru dia komodir pada sejumlah tulisan yang termuat di dalam surat kabar. Berpijak dari pemikiran tersebut, untuk mengetahui ragam bentuk kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia yang sering kali terjadi di media surat kabar, maka saya akan menyusun sebuah makalah yang berjudul : Analisa Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia Pada Media Massa Surat Kabar, dengan objek penelitian adalah surat kabar nasional, yaitu Harian Kompas. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi yang bermanfaat bagi segenap pihak yang membutuhkannya.
Dalam buku Common Error in Language Learning, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun programdan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku.S. Piet Corder dalam buku Introducing Applied Linguistics mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurangsempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Merujuk pada pemikiran-pemikiran tentang pengertian kesalahan berbahasa di atas, maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat,paragraph, yang menyimpang dari sistem kaidah Bahasa Indonesia baku.
Masalah pada makalah ini adalah Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan BahasaIndonesia yang seringkali terjadi pada media massa surat kabar? Dengan tujuan penulisan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan BahasaIndonesia yang seringkali terjadi pada media massa surat kabar. Dengan menitik beratkan pada pilihan kata (diksi) dan penggunaan istilah Asing. Serta manfaat penulisan Pembaca dan masyarakat dapat mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang sering kali terjadi pada media massa surat kabar.
Metode pada anlisis media massa ini yakni mengugunakan metode  penelitian   deskriptif. metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang tertuju pada suatu pemecahan masalah yangada pada masa sekarang (Surakmad 1994 : 139). Dan Teknik penelitian yang digunakan yaitu :
a.       Teknik pustaka, teknik ini dilandaskan untuk mempelajari beberapa acuan kepustakaan yang relevan dengan tujuan penelitian.
b.      Teknik analisis isi, penggunaan teknik ini berdasar pada teori-teori linguistik yang relevan sehingga diharapkan analisis kesalahan ejaan dan pemakaian kata perangkai dalam artikel dapat diperbaiki.

B. Pembahasan
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa surat kabar merupakan satu sarana informasi yang mempunyai pengaruh besarbagi masyarakat. Sebagai sarana informasi, surat kabar menggunakan ragam bahasa tulis.
Dibandingkan dengan ragam bahasa lisan, pemakaianragam bahasa tulis harus lebih cermat. Kecermatan yang dimaksud meliputi : kaidah tata tulis atau ejaan, kaidah pemilihan kata atau diksi, dan kaidah struktur kalimat. Walaupun diakui bahwa ragam bahasa tulis pada surat kabar memiliki sifat yang khas, yaitu singkat; padat ; sederhana; lancar; jelas; dan menarik, namun demikian harus pula mengindahkan kaidah gramatikal Bahasa Indonesia. Sebagai salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa tulis, sasaran informasi yang disampaikan melalui surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam arti sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya, sedangkan benar dalam arti sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yangberlaku. Instruksi untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik danbenar pada media massa telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagukebangsaan. Secara tegas dinyatakan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi di media massa, sebagaimana tertuang didalam ketentuan pasal 25 ayat (3) dan pasal 39 ayat (1) berikut asal 25 Ayat (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasaresmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan danpemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Pasal 39 Ayat (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui
media massa .Namun demikian adanya Undang-Undang tersebut masih belumcukup signifikan untuk meredam kebebasan dan keterbukaan sebagaigaung dari proses reformasi yang telah berjalan sejak tahun 1998 lalu. Konsep keterbukaan dan kebebasan pers yang bertanggungj awab dalam perjalanannya lebih terkesan berkembang pada kebebasannya saja. Akibatnya kemurnian penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap informasi pada media masa, khususnya surat kabar menjadisulit terwujud.Berdasarkan hasil analisa / studi pengamatan Kami pada dua surat kabar terkemuka nasional, yaitu harian Kompas setidaknya terdapat tiga kesalahan utama pemakaian Bahasa Indonesia pada sejumlah tulisan dalam surat kabar tersebut, yaitu: (1) Kesalahan penggunaan pemilihan kata (diksi). (2) Penggunaan istilah asing tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing dalam aturan BahasaIndonesia, dan(3) Mengutip perkataan narasumber secara imitatif, tanpa diolah terlebih dahulu.
1. Kesalahan Penggunaan Pemilihan Kata (Diksi).
Kesalahan yang terjadi adalah, pemilihan kata yang digunakan meski terdengar kurang etis, namun dipaksakan muncul sebagai bumbu untuk membuat tulisan menjadi lebih menarik dibaca. Contoh komisi Pengganyangan korupsi (Harian Kompas 15Maret2010).
Kata yang dicetak tebal (pengganyangan) terkesan kurang etis, meskipun kata ganyang masuk dalam kosa kata Bahasa Indonesia baku, namun lebih berasosiasi pada hal yang sifatnya kasar atau tidaksopan. Mungkin yang menjadi pertimbangan oleh penulisnya karena korupsi digolongkan sebagai kejahatan yang bersifat luar biasa, oleh karena itu untuk memberikan suatu penekanan bahwa korupsi harus benar-benar diberantas maka dimunculkanlah kata ganyang. Namun, menurut pendapat Kami kata pengganyangan sebaiknya tidak perlu muncul,mungkin lebih baik jika tetap digunakan kata pemberantasan. Hal ini tentunya perlu dijadikan pertimbangan, mengingat pembaca surat kabar tidak hanya berasal dari kalangan dewasa saja, namun terbuka bagi semua usia. Akan sangat menyedihkan tentunya apabila kemudian anak-anak sekolah menjadi familiar untuk mengucapkan kata ganyang dalam pergaulan mereka sehari-hari.
2. Penggunaan Istilah Asing
Tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur Asing dalam aturan Bahasa Indonesia Istilah asing banyak digunakan tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing yang diatur dalam gramatikal Bahasa Indonesia. Contoh erform, budget, website, fair(Harian Kompas, 15 Maret 2010)Minister, outside, stateless, forward looking, money politic,voting. (Kompas,11Mei2010).
Penggunaan istilah asing dengan mengadopsi secara langsung hanya diperbolehkan jika istilah tersebut memang sama sekali belum ada padanan katanya dalam Bahasa Indonesia. Adapun adopsi kata secara tidak langsung dilakukan dengan memperhatikan kaidah penyerapan unsur asing yang diatur dalam gramatikal Bahasa Indonesia. Istilah-istilah seperti perform, budget, website, fair, minister, outside,stateless, forward looking, money politic, dan voting telah memiliki padanan kata dalam Bahasa Indonesia yaitu secara berturut-turut adalah : melakukan, anggaran, situs, adil, menteri, sisiluar, tak berkewarganegaraan, melihat ke depan, politik uang, dan pemungutan suara. Penulisan istilah-istilah asing dalam bentuk aslinya tersebut biasanya lebih ditujukan untuk menampilkan efek agar suatu tulisandianggap berbobot atau intelek, menarik untuk dibaca, dan dianggapmenjual.3.
Mengutip Perkataan Narasumber Secara Imitatif, Tanpa Diolah Terlebih Dahulu Hal yang mendasari timbulnya kesalahan ini adalah kembali pada jiwaseorang jurnalis yang selalu tidak ingin kehilangan sedikitpun detailinformasi yang ia peroleh dari narasumbernya. Oleh karena itu,biasanya apa yang dikatakan oleh narasumber tanpa dipahami maknabahasanya langsung dikutip secara apa adanya. Namun, hal inimenjadi suatu masalah ketika pengutipan secara langsung ini justrumengakibatkan terjadi kesalahan bahasa pada media surat kabar.

Contoh
“Untuk menarik minat investor, kata Hidayat, Indonesia sangat membutuhkan dukungan energy dan listrik.Jangan sampai bAyar pet
,yang merintangi industri, katanya (Harian Kompas, 15 Maret 2010). Tidak ada politik transaksional, tak ada deal-deal , apapun, apalagi terkait mundurnya Sri Mulyani (Menteri Keuangan), katanya (Kompas, 11 Mei 2010)”.
Istilah byar pet ataupun deal-deal (keduanya dicetak tebal), tentunya sama sekali tidak dikenal dalam Bahasa Indonesia yang resmi,sebagaimana termuat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Namun kedua istilah tersebut menjadi lazim dipergunakan mengingat seringkali muncul dalam bahasa lisan yang kemudian terbawa dalampemberitaan surat kabar. Istilah byar pet sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan kondisi redup atau kondisi menyala dan matinya cahaya (lampu) yang salingbergantian terjadi secara frekuentif. Sedangkan deal-deal sendiri merupakan parodi (plesetan) yang merujuk kepada arti kesepakatan-kesepakatan. Memperhatikan ketiga kesalahan di atas, jelas nampak bahwa munculnya kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah sesuatu yang bersifat tidak disengaja. Pihak media bukannya tidak mengerti aturan atau tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata dilakukan sebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehingga terdapat motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas. Namun, tentunya hal ini jika tidak ditangani lebih lanjut maka akan merusak tatanan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yangdapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat.

C. Penutup
Berdasarkan hasil analisa / studi pengamatan pada dua surat kabarterkemuka nasional, yaitu harian Kompas setidaknya terdapat tiga kesalahan utama pemakaian Bahasa Indonesia padasejumlah tulisan dalam surat kabar, yaitu :
(1)Kesalahan penggunaan pemilihan kata (diksi), (2) Penggunaan istilah asing tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing dalam aturan BahasaIndonesia. Kemunculan kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah sesuatu yang bersifat tidak disengaja.Pihak media bukannya tidak mengerti aturan atau tata cara berbahasaIndonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata dilakukansebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehinggaterdapat motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas.
Adanya kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar harus ditindaklanjuti untuk segera dilakukan pembenahan. Penanganan yang setengah-setengah atau tidak secara tuntas akan berakibat pada semakin rusaknya tatanan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat. Oleh karena itu harus ada kontrol yang kuat dari pemerintah, lembaga pers, maupun masyarakat sehingga upaya untuk mewujudkan peran surat kabar sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat akan dapat terwujud.



DAFTAR PUSTAKA
Broto A. S. 1978. Pengajaran Bahasa Indonesia. Bulan Bintang.Jakarta.Tasai, S. Amran dan E. Zaenal Arifin. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia : Untuk Perguruan       Tinggi. AkademikaPrescindo. Jakarta.


















ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

(Analisis kesalahan Diksi dan Penggunaan Istilah Asing  pada Koran Harian Kompas)

 

 



Oleh :

WAHAR NINA
A1D3 09163


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar